Che
Guevara lebih dulu berkunjung ke Indonesia tahun 1959. El Comandante
ini berdiskusi panjang lebar soal revolusi di Indonesia. Pada waktu itu,
Che juga merupakan wakil resmi pemerintah Kuba untuk membicarakan
hubungan dagang antar kedua negara. Sukarno cocok dengan pribadi Che.
Keduanya penuh energi dan bergaya informal.
Che sempat berwisata ke Candi Borobudur. Dia yang terkesan dengan Sukarno kemudian mengundang Sukarno untuk ganti berkunjung ke Kuba.
Maka tahun 1960, Sukarno yang melawat ke Kuba. Pemimpin Kuba Fidel
Castro langsung menyambutnya di Bandara Havana. Sukarno disambut meriah.
Warga Kuba berdiri di sepanjang jalan membentangkan poster bertuliskan
'Viva President Soekarno'. Fidel Castro yang juga anti-Amerika klop
dengan Sukarno. Sejarah menunjukkan keduanya tidak pernah mau didikte
Amerika Serikat.
Sukarno menghadiahi Castro keris, senjata asli
Indonesia. Mereka tertawa seperti dua sahabat saat bertukar penutup
kepala. Sukarno menukar kopiahnya dengan topi a la komandan militer yang
menjadi ciri khas Castro (sayang tak ada fotonya). Che pun tampak
senang mengenakan kopiah Sukarno.
Yang unik, rombongan kepresidenan
sempat berhenti hanya karena petugas polisi yang memimpin konvoi ingin
menghisap cerutu. Cerita itu dituturkan ajudan Sukarno, Bambang
Widjanarko dalam buku 'Sewindu Dekat Bung Karno' (Gramedia).
Saat
itu dalam konvoi Sukarno ada tiga polisi yang memimpin iring-iringan
kepresidenan sekaligus membuka jalan. Tiba-tiba polisi pemimpin konvoi
menghentikan motornya dan menyuruh konvoi berhenti. Tentu saja semua
peserta bertanya-tanya kenapa konvoi berhenti.
Polisi itu lalu
mengeluarkan cerutu, dan menghampiri sopir Sukarno. Rupanya dia mau
pinjam korek untuk menyalakan cerutu. Setelah menyala, polisi itu lalu
memberi hormat pada Sukarno. Dia menaiki motornya dan memimpin konvoi
kembali dengan gagah. Sambil menghisap cerutu kuba tentu saja. "Bung
Karno tertawa berderai melihat itu. Rupanya dia cukup paham Kuba masih
dalam revolusi," ujar Bambang.
Lawatan ke Kuba sangat mengesankan
untuk Sukarno. Sangat berbeda dengan lawatannya ke Washington beberapa
waktu sebelumnya. Kala itu Sukarno tersinggung dengan Presiden
Eisenhower yang sombong. Eisenhower menganggap remeh Sukarno yang
dianggapnya datang dari negara dunia ketiga.
Dibiarkannya Sukarno menunggu di Gedung Putih hampir setengah jam lamanya. Amarah Soekarno pun meledak.
"Apakah kalian memang bermaksud menghina saya. Sekarang juga saya pergi," ujar Sukarno dengan marah.
Para pejabat AS pun kebingungan. Mereka sibuk meminta maaf dan meminta
Sukarno tinggal. Eisenhower pun segera keluar menemui Sukarno.
Pada pertemuan berikutnya, Eisenhower menjadi lebih ramah. Dia sadar Sukarno tak bisa diremehkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KARENA JOKOWI BERSAMA PRABOWO
Presiden Republik Indonesia, adalah CeO dari sebuah ‘perusahaan’ atau ‘lembaga’ yang mengelola 270-an juta jiwa manusia. Salah urus dan sala...
-
Catatan Tambahan: Tulisan ini sebenarnya saya tulis serius karena diminta oleh sebuah blog di Yogyakarta, yang bertagline; “Sedik...
-
UMAR KAYAM, lahir di Ngawi, Jawa Timur, 30 April 1932 dan meninggal di Jakarta, 16 Maret 2002 pada umur 69 tahun, seorang sosiolog, novel...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar