Pada
awalnya adalah panggilan pemimpin tertinggi pasukan Jepang di Asia
Tenggara, Jenderal Terauchi, pada tanggal 8 Agustus 1945. Terauchi sama
sekali tidak menjelaskan apa maksudnya. Hal ini membuat Sukarno dan Hatta bertanya-tanya.
Berangkatlah para pemimpin Indonesia itu diiringi 20 pejabat tinggi
militer Jepang. Pesawat yang ditumpangi Sukarno penuh sesak. Tapi tak
ada yang mau bicara soal alasan pemanggilan tersebut.
Ternyata
pertemuan Sukarno-Hatta dengan Terauchi di Dalath (kota kecil seperti
Cipanas bagi Jawa Barat), Vietnam, ini sangat penting dalam sejarah
Indonesia. Jepang mengaku tidak akan menghalang-halangi kemerdekaan
Indonesia. Jepang sadar mereka sudah dikalahkan pasukan sekutu. Kondisi
peperangan sama sekali berubah. Jepang sudah kalah habis-habisan dalam
Perang Dunia II di Pasifik.
Alkisah, pulanglah Sukarno-Hatta dan
kawan-kawan seperjuangan, ke Indonesia. Kali ini mereka tidak naik
pesawat penumpang yang bagus seperti saat berangkat. Mereka naik pesawat
pembom yang sudah rongsokan. Banyak lubang bekas tembakan di badan
pesawat itu.
Hanya ada kursi panjang pada dua sisi dinding pesawat.
Sebagian penumpang duduk di lantai pesawat atau berbaring. Tidak ada
juga pemanas, sehingga para penumpang menggigil kedinginan. Parahnya,
tidak ada juga kamar kecil.
Nah, yang jadi masalah, saat itu Sukarno
ingin kencing. Dia berbisik pada Suharto, dokter pribadinya, "Aku ingin
kencing. Apa yang harus kulakukan?".
Mendapat pertanyaan itu,
Suharto pun bingung, tidak ada kamar kecil. Maka dia menunjuk bagian
ekor pesawat yang penuh lubang bekas tembakan.
"Tidak ada tempatnya, jadi tidak ada jalan lain. Bung harus kencing di sana," kata Suharto.
Sukarno pun, seperti yang kemudian dituturkannya pada Cindy Adams dalam
buku 'Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat' (1970), melangkah perlahan ke
bagian belakang, dan melampiaskan hajat.
Tapi, begitu Sukarno
kencing, tiupan angin yang keras menghempas melalui lubang-lubang bekas
peluru, mendorong balik air kencing Sukarno itu ke seluruh ruangan
pesawat. "Kawan-kawanku yang malang itu mandi dengan air istimewa,"
beber Sukarno pada Cindy Adams.
Alhasil, saat mendarat di Jakarta,
seluruh pemimpin bangsa Indonesia itu masih setengah basah, dan pesing,
berkat siraman air kencing sang pemimpin besar revolusi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KARENA JOKOWI BERSAMA PRABOWO
Presiden Republik Indonesia, adalah CeO dari sebuah ‘perusahaan’ atau ‘lembaga’ yang mengelola 270-an juta jiwa manusia. Salah urus dan sala...
-
Catatan Tambahan: Tulisan ini sebenarnya saya tulis serius karena diminta oleh sebuah blog di Yogyakarta, yang bertagline; “Sedik...
-
UMAR KAYAM, lahir di Ngawi, Jawa Timur, 30 April 1932 dan meninggal di Jakarta, 16 Maret 2002 pada umur 69 tahun, seorang sosiolog, novel...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar