Bagaimana
perasaan Anda, ketika listrik di rumah tiba-tiba, pet, meninggal? Anda yang
sudah sangat tergantung pada segala sesuatu yang berlistrik, pasti akan
jengkel. Tanpa listrik, kehidupan manusia modern seolah berhenti. Lebih jengkel
lagi, bukankah kita tertib membayar tiap bulannya, di bawah ancaman, kalau
telat gue cabut jaringan lu!
Listrik mati, tentu saja itu akibat “ulah” PLN. Dan itu bisa
jadi, bukan hanya rumah Anda, tetapi juga tetangga Anda, sekampung, sejaringan,
mungkin juga satu kecamatan, dan seterusnya. Tak perduli semua sudah bayar atau
belum.
Jika pun ada yang nyala, mungkin blok atau jaringannya
berbeda, atau mungkin ada yang menggunakan diesel atau pun genzet. Nah, mengapa
Anda tidak membuat listrik sendiri, dengan memakai genset atau apalah, tidak
tergantung pada PLN?
Mari kita mengurai dengan agak sedikit belibet, dalam
konteks religiusitas. Ketika hati atau bahkan kalbu kita mati, kita
membayangkan apa yang disebut Waliullah mengenai tali wasilah. Keterkaitan antara
generator pembangkit listrik (misal milik PLN) dengan ‘nurun alan nuurin, yang
terdiri atas zat fiil Allah subhanahu wa ta’ala yang diletakkan dalam qalbu
para nabi, mulai dari nabi Adam a.s., hingga Muhammad shallahullahu ‘alaihi
wassallam. Mereka ibarat sebagai gardu-gardu induk.
Dari gardu induk itu, listrik dialirkan pada gardu yang
lebih kecil, terus ke yang lebih kecil, terus hingga gardu terdekat di rumah
kita. Kemudian dari sini, sampailah listrik PLN itu di rumah kita, untuk
memudahkan kita berhubungan dengan sumber listrik itu.
Sama halnya Nur Allah, yang terus menyambung dalam dada para
sahabat, para tabiin, tabiit tabi'in, dan ke dalam dada jajaran Waliyullah
hingga hari ini. Dengan kasih dan sayang-Nya, Allah menyebar para kekasih-Nya
di atas muka bumi ini, agar listrik-Nya senantiasa bisa digunakan oleh manusia
manapun yang terhubung dengan kekasihnya itu. Kapanpun. Di manapun.
Setiap saat, kita bisa menggunakan energi listrik PLN selama
peralatan kita terhubung dengan stop kontak PLN. Kita, setiap saat,a bisa
terhubung dengan Allah, selama ruhani kita terhubung dengan ruhani kekasih-Nya.
Kenapa mesti melalui kekasih-Nya? Kenapa tidak sendiri saja langsung kepada Allah?
Kenapa kita tidak langsung mencolok peralatan kita ke generator PLN? Kenapa
mesti dialirkan ke berbagai gardu dulu?
Jika kita langsung mencolokkan ke generator pembangkit PLN,
peralatan berlistrik yang kita pakai akan meledak. Sebab si alat tak mampu
menampung energi atau voltage generator yang sangat besar.
Bahkan manusia pilihan yang paling dikasihi-Nya, Muhammad
pun misalnya, harus terhubung terlebih dulu dengan malaikat Jibril. Tidak
langsung diangkat ke arasy untuk menerima wahyu. Padahal, bukankah itu gampang
sekali jika Allah berkehendak?
Tapi, barangkali, Allah mau kita mencontoh nabi untuk berguru,
belajar dari traffo atau pun stop kontaknya, yaitu Jibril pada masa itu. Dari
sini, kemudian para sahabat kemudian belajar kepada sang nabi, yang menjadi
stop kontak Allah masa itu. Para sahabatlah kemudian yang akan menjadi stop
kontak-Nya, untuk generasi berikutnya, generasi berikutnya lagi, dan seterusnya,
hingga sekarang.
“Siapa tidak meniru aku, bukanlah ummatku,” demikian salah
satu sabda Muhammad. Nah, jika memang hendak meniru nabi, patutlah kita mencari
stop kontak Allah saat ini, agar kita bisa berhubungan dengan Allah sekiranya
peralatan kita hendak teraliri arus PLN.
Bagi orang awam, memang serupa antara listrik yang
diproduksi PLN dan genset. Namun bila kita lihat dengan instrumen kelistrikan,
seperti avometer atau bahkan osiloskop, hasilnya akan berbeda. Hal ini
disebabkan karena listrik dari PLN diproduksi oleh perusahaan yang memang sah
secara hukum dan diakui masyarakat. Dibangun dengan teknologi tinggi,
diopersikan dan dirawat oleh aparat yang berijasah (kompeten), serta terus-menerus
diawasi mutunya. Sedangkan genset pribadi, mungkin tidak terawat dengan baik. Dioperasikan
tidak teratur, dengan berbagai problem teknisnya beserta kendalanya. Akhirnya,
secara kualitas, listrrik PLN tetap lebih baik dan readibilitinya jauh lebih besar.
Banyak orang merasa dan mengaku sebagai traffo dan stop
kontak Allah masa kini. Ada kesaktian, atau sebutlah karomah, dan power yang
mirip seperti power dari stop kontak-Nya. Mungkin hanya waktu yang akan
membuktikan, bahwa mereka itu bukanlah traffo allah. Mungkin hanya
manusia-manusia yag cermat saja, yang bisa mengetahui perbedaan signifikan
antara listrik PLN dan listrik genzet. Atau mungkin, hanya orang-orang yang mau
memahami sumber listrik mereka, yang kelak mengetahuinya. Bukan orang-orang
yang hidup dengan berprinsip: pokoknya ada listriknya.
Yang jelas, PLN tak bertanggung jawab atas kerusakan
peralatan yang menggunakan genzet. Jadi? Janganlah salahkan Dia atas kehendaknya
dalam hidup kita, jika ternyata selama ini bukan Dia yang kita sembah. |
Dikutipkan dengan editing dari Wali Allah Blogspot.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar