Beberapa teman bertanya pada saya, bagaimana
dengan Anies Baswedan sebagai peserta Konvensi Capres Demokrat? Lepas
dari 1001 alasan dan pelunasan janji Anies, kita semua bisa memahami,
meski juga langkahnya kali ini tidak menguntungkannya.
Dulu, saya
suka menyodorkan nama Anies sebagai calon presiden alternatif, tapi juga
mesti dengan cara yang lebih strategis dan inspiratif, lewat jalur independen sebagai otokritik terhadap parpol.
Tapi, begitu dia masuk melalui Demokrat? Ya sudah. Tentu saja dia jadi
peserta konvensi Demokrat, bukan karena ia memilih partai itu yang
terbaik. Hanya sebuah momentum saja. Meski kalau kita kaitkan dengan
reputasi Partai Demokrat (satu-satunya parpol yang kepengurusannya
amburadul dan oligarkis ini), pilihan Anies agak memprihatinkan.
Sama memprihatinkan ketika Sugeng Sarjadi, Efendy Gazali, Christianto
Wibisono, dan Mahfud MD, mau berkait dengan perhelatan politik yang
dipakai sebagai strategi untuk mengatrol elektabilitas Demokrat yang
bangkrut itu. Sayonara, Kamerad!
Tapi, sudahlah, mereka menjawab, ini tantangan demokrasi.
Meski pun, persoalan lainnya, yang juga harus diingat, tidak mungkin
Demokrat menyodorkan banyak capres, pasti cuma satu. Lha, satu itu
siapa? Apakah Anies, Mahfud, Dahlan, Gita (peserta konvensi lainnya
nggak usah disebut)? Salah tiga diantaranya, harus nyingkir. Itu kalau
Demokrat memenuhi syarat electoral threshold menyodorkan capres. Kalau
perolehan suaranya sendiri di Pileg 2014 anjlog? Itu artinya kans mereka
sebagai capres, dengan sendirinya dikubur hidup-hidup.
Hanya karena disodori permen demokrasi, orang-orang itu mau menjadi tumbal untuk menjadi bahan gratisan kampanye Demokrat sampai Pileg 2014 mendatang.
Lebih pedih lagi, Jenderal?
Dan akan lebih pedih lagi, dengan mempertarungkan orang-orang yang
konon dinilai lebih baik (dari kalangan sipil itu) itu, maka Prabowo,
Wiranto, ARB, akan terbantu dalam "menumpas" lawan-lawannya terlebih
dulu.
Itu lebih pedih lagi, Jenderal!
Demokrasi kadang begitu mempesona, apalagi dengan jebakan Batman.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KARENA JOKOWI BERSAMA PRABOWO
Presiden Republik Indonesia, adalah CeO dari sebuah ‘perusahaan’ atau ‘lembaga’ yang mengelola 270-an juta jiwa manusia. Salah urus dan sala...
-
Catatan Tambahan: Tulisan ini sebenarnya saya tulis serius karena diminta oleh sebuah blog di Yogyakarta, yang bertagline; “Sedik...
-
UMAR KAYAM, lahir di Ngawi, Jawa Timur, 30 April 1932 dan meninggal di Jakarta, 16 Maret 2002 pada umur 69 tahun, seorang sosiolog, novel...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar