"... dengan politik kepartaian itu, orang menghidupkan yang sebaliknya (tanpa karakter, tanpa budi, sw), mengasuh orang luntur karakter. Akhirnya orang yang masuk partai bukan karena keyakinan, melainkan karena ingin memperoleh jaminan. Suasana politik semacam itu memberi kesempatan kepada berbagai jenis petualang politik dan ekonomi, serta manusia profetir (yang) maju ke muka."
"Segala pergerakan dan semboyan nasional, diperalatkan mereka, partai-partai politik yang ditungganginya, untuk mencapai kepentingan mereka sendiri. Maka timbullah anarki dalam politik dan ekonomi. Kelanjutannya, korupsi dan demoralisasi merajalela."
"Apa yang terjadi sekarang (ini pemikiran 1960, sw), adalah krisis dari demokrasi. Atau demokrasi dalam krisis. Demokrasi yang tidak kenal batas kemerdekaannya, lupa syarat-syarat hidupnya dan melulu menjadi anarki, lambat laun akan digantikan oleh diktatur. Ini adalah hukum besi dari pada sejarah dunia!"
| Demokrasi Kita, Bung Hatta, 1960
Lebih dari setengah abad, involusi kepolitikan ini sungguh menyedihkan. Dan apa yang terjadi sepanjang 2009-2012, jauh lebih menyedihkan, karena ia hanya merupakan anak kandung dari situasi yang lebih buruk dari Orde "Soeharto" Baru.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KARENA JOKOWI BERSAMA PRABOWO
Presiden Republik Indonesia, adalah CeO dari sebuah ‘perusahaan’ atau ‘lembaga’ yang mengelola 270-an juta jiwa manusia. Salah urus dan sala...
-
Catatan Tambahan: Tulisan ini sebenarnya saya tulis serius karena diminta oleh sebuah blog di Yogyakarta, yang bertagline; “Sedik...
-
UMAR KAYAM, lahir di Ngawi, Jawa Timur, 30 April 1932 dan meninggal di Jakarta, 16 Maret 2002 pada umur 69 tahun, seorang sosiolog, novel...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar