Catatan Sunardian Wirodono
Apakah kau akan kenyang, bisa membayar utang, beli iPad, mentraktir pacarmu, dengan kata-kata indah dari para filsuf, penyair, motivator, dan para perajin kata-kata?
Apakah kau bisa mengubah hidupmu, membuat kegagalan menjadi menyenangkan, dan kesuksesan begitu gampang diraih, hanya dengan kata-kata buaian dari mereka?
Sering saya mendengar, bukan pertanyaan, tapi pernyataan seperti itu. Bagi saya, pertanyaan atau pun pernyataan itu sama anehnya. Karena ia bukan lagi muncul dari sinisme atau fatalisme, tapi dari cara berfikir yang dungu.
Semua orang juga tahu, yang mengenyangkan adalah makanan, mungkin nasi, gandum, roti, dan lain sejenisnya. Yang bisa untuk membeli iPad, mentraktir pacar, membayar utang, adalah uang. Dan seterusnya dan sebagainya.
Pertanyaan dan pernyataan dungu itu merupakan bentuk negasi, penolakan yang spontan muncul dari bawah sadar kita, lebih karena persoalan semantika atau teknis belaka. Tapi, sesungguhnya, tak ada perdebatan atau perlawanan substansial yang logis.
Buktinya, tanpa disadari, para negator (atau penolak) itu, pada hakikatnya dibimbing oleh kesadaran tertentu untuk menjawab berbagai persoalan, kecuali jika fatalisme yang ada dalam dirinya sudah sampai tahap nihilisme. Sudah luweh-bebek, mau mati sekarang atau besok, sama saja.
Karena mereka sendiri juga tak bisa menjawab persoalan sederhana. Jika kita naik mobil, naik sepeda motor, naik sepeda onthel, atau jalan kaki, siapakah sesungguhnya yang membuat kita berpindah tempat dari yang satu ke lainnya? Dari sini ke sana atau sana ke sini? Mobilnyakah, motornyakah, kakikah?
Taruhlah dengan mobil sama baru dan merknya, sama penuh bensin dan sama beresnya, sama start dan finishnya, tetapi kenapa ada yang lebih cepat, ada yang lambat, bahkan ada yang macet, ada yang tabrakan, ada yang kesasar.
Karena kualitas mobil atau pengendaranya?
Kualitas jawaban Anda soal ini, adalah kualitas diri Anda.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KARENA JOKOWI BERSAMA PRABOWO
Presiden Republik Indonesia, adalah CeO dari sebuah ‘perusahaan’ atau ‘lembaga’ yang mengelola 270-an juta jiwa manusia. Salah urus dan sala...
-
Catatan Tambahan: Tulisan ini sebenarnya saya tulis serius karena diminta oleh sebuah blog di Yogyakarta, yang bertagline; “Sedik...
-
UMAR KAYAM, lahir di Ngawi, Jawa Timur, 30 April 1932 dan meninggal di Jakarta, 16 Maret 2002 pada umur 69 tahun, seorang sosiolog, novel...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar