Setelah tagar 2019GantiCeldam, perlu ganti lagi tagar; 2019GantiMbahmu! Menjadi narasumber sebuah stasiun televisi, Neno Warisman itu memang menjengkelkan. Perempuan ini secara intelektual parah. Antara perjalanan karir yang cemerlang di televisi dengan kualitas otak tak bisa dikorelasikan.
Ketika ditanya soal gerakan 2019GantiPresiden, ia selalu menjawab normative. Memang tak ada yang salah dalam gerakannya itu. Tak ada undang-undang dilanggar. Itu hak warga negara, dijamin UU. Konstitusional.
Iya, Neno. Tapi bukan itu persoalannya. Kalian selalu memakai jawaban
normative, untuk melegitimasi segala tindakan di lapangan, masjid,
jalanan, car free day,… yang disitu kalian, melanggar hukum sosial
lainnya. Yakni, kebebasanmu berbatasan dengan hak orang lain.
Coba putar ulang semua dokumentasi dalam perhelatanmu. Ada persekusi pada yang berbeda pilihan. Dalam koar-koar kalian, sering terjadi insinuasi, membully (yang dianggap) lawan. Memaki-maki, mengkafirkan, menyesatkan, mengeroyok ibu-ibu. Itu semua ekses ketika demokrasi salah tempat, ora empan papan, tidak proporsional. Mungkin Neno mau ngulang model provokasi Pilkada DKI Jakarta 2017, yang dibanggakan Ali Sera dan Rizieq?
Bayangkan pula, di masjid dalam pengajian dan kutbah Jumat, muncul ustadz atau da’i yang ngomong soal ganti presiden. Nyebar informasi negatif tanpa data, jelas-jelas hoax, bahkan memfitnah (siapa lagi jika bukan Jokowi yang dituding). Tapi, cilakaknya, senyampang itu kalian memuji-muji Prabowo. Ini apa-apaan? Itu tidak fair.
Maki-maki si A, membujuk orang milih si B (karena si B idolamu), itu wajar saja sih. Tapi ngapain mesti pakai agama? Karena yang seagama dengan kalian pun, punya dalih beda, dan bisa beda pilihan denganmu.
Kini KPU sudah membuka pendaftaran capres-cawapres. Kalian yang jauh-jauh hari sudah teriak Ganti Persiden, belum mendaftarkan juga. Memang hanya parpol yang bisa melakukan. Jadi, kalian suruhan parpol? Kalau nggak, ngapain? Nafsu banget ganti presiden, ditanya siapa penggantinya? Bungkem.
Sekarang ketika Jokowi ngomong pada relawan untuk tak takut berkelahi, kalian reaktif menuding tidak elok banget, provokatif. Padahal selama ini, siapa yang provokatif? Dalam demo berjilid-jilid dulu, kamu ikut serta di dalamnya dan menjadi bagian barisan itu, siapa yang provokatif? Tapi kenapa kemudian ada yang kabur ke Mekkah, nggak balik-balik?
Tugas kalian yang ingin ganti presiden, dukung capresmu. Yakinkan para pemilih dengan program capresmu yang lebih baik dari pertahana. Tapi kuatkan argumentasi dan akurasi datanya. Kalau tidak, kalian hanya menyodorkan kekalahan lebih awal.
Berpolitik boleh, hak azasi dan demokrasi. Tapi dengan cara bodoh itu = mempecundangi jagoanmu sendiri. Wong tanpa kalian pun, 2019 pasti ganti presiden. Itu agenda konstitusi, dari Presiden periode 2014 – 2019 ganti presiden periode 2019 – 2024 ‘kan?
Apalagi yang mau diganti? Mbahmu?
Coba putar ulang semua dokumentasi dalam perhelatanmu. Ada persekusi pada yang berbeda pilihan. Dalam koar-koar kalian, sering terjadi insinuasi, membully (yang dianggap) lawan. Memaki-maki, mengkafirkan, menyesatkan, mengeroyok ibu-ibu. Itu semua ekses ketika demokrasi salah tempat, ora empan papan, tidak proporsional. Mungkin Neno mau ngulang model provokasi Pilkada DKI Jakarta 2017, yang dibanggakan Ali Sera dan Rizieq?
Bayangkan pula, di masjid dalam pengajian dan kutbah Jumat, muncul ustadz atau da’i yang ngomong soal ganti presiden. Nyebar informasi negatif tanpa data, jelas-jelas hoax, bahkan memfitnah (siapa lagi jika bukan Jokowi yang dituding). Tapi, cilakaknya, senyampang itu kalian memuji-muji Prabowo. Ini apa-apaan? Itu tidak fair.
Maki-maki si A, membujuk orang milih si B (karena si B idolamu), itu wajar saja sih. Tapi ngapain mesti pakai agama? Karena yang seagama dengan kalian pun, punya dalih beda, dan bisa beda pilihan denganmu.
Kini KPU sudah membuka pendaftaran capres-cawapres. Kalian yang jauh-jauh hari sudah teriak Ganti Persiden, belum mendaftarkan juga. Memang hanya parpol yang bisa melakukan. Jadi, kalian suruhan parpol? Kalau nggak, ngapain? Nafsu banget ganti presiden, ditanya siapa penggantinya? Bungkem.
Sekarang ketika Jokowi ngomong pada relawan untuk tak takut berkelahi, kalian reaktif menuding tidak elok banget, provokatif. Padahal selama ini, siapa yang provokatif? Dalam demo berjilid-jilid dulu, kamu ikut serta di dalamnya dan menjadi bagian barisan itu, siapa yang provokatif? Tapi kenapa kemudian ada yang kabur ke Mekkah, nggak balik-balik?
Tugas kalian yang ingin ganti presiden, dukung capresmu. Yakinkan para pemilih dengan program capresmu yang lebih baik dari pertahana. Tapi kuatkan argumentasi dan akurasi datanya. Kalau tidak, kalian hanya menyodorkan kekalahan lebih awal.
Berpolitik boleh, hak azasi dan demokrasi. Tapi dengan cara bodoh itu = mempecundangi jagoanmu sendiri. Wong tanpa kalian pun, 2019 pasti ganti presiden. Itu agenda konstitusi, dari Presiden periode 2014 – 2019 ganti presiden periode 2019 – 2024 ‘kan?
Apalagi yang mau diganti? Mbahmu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar