Selain mempunyai presiden yang kurang
bermutu, kita agakya juga punya banyak capres tidak bermutu. Salah
satunya berinisial ARB, yang rajin mengiklankan dirinya di televisi.
Salah satu komentarnya yang menunjukkan kualitasnya, ialah ketika ARB
mengatakan; dinasti kekuasaan politik Ratu Atut Choisiyah, tidak
masalah, masih dalam batas kewajaran. Dan, masih menurutnya, semua itu karena dikehendaki rakyat Banten.
Komentarnya itu, menunjukkan ketidakpekaannya dan berlagak (atau
memang) tidak tahu, bagaimana sistem kekuasaan (dengan kartel
politiknya) berjalan di Indonesia.
Tentu saja, soal Atut Choisiyah
belum terbukti kebenarannya. Namun bukankah indikasinya bisa disebutkan
di sana? Bukan indikasi berdasar rumors, namun berdasar berbagai
penyelisikan dan data. Indonesia Corruption Watch dan Mata Banten, tentu
mempertaruhkan kredibilitasnya jika hanya asbun dan fitnah mengatakan
praktik KKN, dan bagaimana gurita bisnis Ratu Atut menguasai berbagai
proyek pembangunan Banten. Demikian juga politik uang dalam berbagai
pilkada, bupati dan walkot, di wilayah Banten yang konon kaya, namun
indeks kesejahteraan penduduknya minus.
Dinasti politik horisontal
(yang menyebar seperti keluarga Atut) rentan praktik korupsi. Jika ada
capres yang menonsenskan hal itu, menjadi sangat meragukan Indonesia
bakal bisa menekan angka KKN.
Beberapa data yang dipegang KPK
mengenai Atut, tentang beberapa kali pertemuan rahasia Akil Mochtar
(selaku Ketua MK) dengan Atut di Singapore, menunjuk bagaimana praktik
politik yang monolitik itu rawan penyelewengan. Bagaimana kalau AM,
melalui MK, terbukti memenangkan beberapa pilkada di Banten (termasuk di
Lebak, di mana klan Atut dikalahkan)? Dan itu semua berlangsung dari
2011-2013.
Setelah SBY yang begitu banyak terjerat kepentingan
kompromi, akankah Indonesia rela dipimpin ARB yang tak sensitif, dan
sama saja itu?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KARENA JOKOWI BERSAMA PRABOWO
Presiden Republik Indonesia, adalah CeO dari sebuah ‘perusahaan’ atau ‘lembaga’ yang mengelola 270-an juta jiwa manusia. Salah urus dan sala...
-
Catatan Tambahan: Tulisan ini sebenarnya saya tulis serius karena diminta oleh sebuah blog di Yogyakarta, yang bertagline; “Sedik...
-
UMAR KAYAM, lahir di Ngawi, Jawa Timur, 30 April 1932 dan meninggal di Jakarta, 16 Maret 2002 pada umur 69 tahun, seorang sosiolog, novel...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar