Kalau seseorang, yang kebetulan menduduki jabatan
tinggi dan terhormat, atau ia seorang yang terkenal, top idolatry,
dipuja-puja banyak orang, kemudian melakukan korupsi, kesalahan,
ketidakpatutan, atau aib; apa yang dikatakan para pemuja atau
pembelanya?
Dia 'kan juga manusia!
Maka sering muncul kata-kata usang, bahwa rocker juga manusia, presiden juga manusia, ketua MK
juga manusia, anggota parlemen juga manusia, rektor juga manusia, ketua
parpol juga manusia, capres juga manusia, menteri juga manusia,
fesbuker juga manusia. Dan seterusnya.
Apakah kita lupa, bahwa
maling ayam juga manusia, copet juga manusia, pelacur Dolly juga
manusia? Kenapa mereka tidak korupsi, atau maling duit negara?
Ya, tidak mungkin, jawab kita. Mereka 'kan bukan pejabat negara.
Kalau demikian, lantas kalau mereka beda dalam jabatan dan status,
tetapi sama-sama manusia, di mana sesungguhnya persoalan kita?
Ikan
hidup di air. Singa hidup di hutan raya (tentu manusia sajalah yang
membuatnya hidup di kandang). Onta hidup di Arab (hanya kitalah yang
mengandakannya di kebun binatang). Semua punya sistem, mekanisme, dan
hukum masing-masing.
Namun kepentingan telah mengubahnya begitu
rupa. Pemujaan kita pada manusia, apalagi pada pejabat negara atau
pejabat publik, kadang tidak rasional dan tidak proporsional. Hanya
karena dia telah menolong kita, memberi duit dan jabatan pada kita, atau
karena kita seneng dengan dia karena satu ideologi dan sebagainya. Dan
jiwa yang korup, pasti akan melemahkan daya kritis kita dengan
iming-iming itu.
Kepentingan telah menjadi agama baru kita. Dan
orang akan bertarik-urat soal ini, jika tak ada kepentingan, bagaimana
kita bisa hidup? Tentu saja. Tapi bukankah artinya semua orang punya
kepentingan? Dan kepentingan bisa tidak sama, atau bahkan bertabrakan?
Para nabi, para filsuf, para leluhur atau nenek-moyang kita, telah
mengajari kita, bahwa kemutlakan semutlak-mutlaknya bukanlah milik
manusia. Lihat saja Soeharto, lihat saja MK Indonesia, lihat saja nanti
Atut Choisiyah, lihat saja nanti SBY dengan Pardem, dan seterusnya.
Apa kepentingan kita sebenarnya?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KARENA JOKOWI BERSAMA PRABOWO
Presiden Republik Indonesia, adalah CeO dari sebuah ‘perusahaan’ atau ‘lembaga’ yang mengelola 270-an juta jiwa manusia. Salah urus dan sala...
-
Catatan Tambahan: Tulisan ini sebenarnya saya tulis serius karena diminta oleh sebuah blog di Yogyakarta, yang bertagline; “Sedik...
-
UMAR KAYAM, lahir di Ngawi, Jawa Timur, 30 April 1932 dan meninggal di Jakarta, 16 Maret 2002 pada umur 69 tahun, seorang sosiolog, novel...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar