Rabu, April 01, 2020

Virus Tidak Takut Portal

Sampai kapan pandemi coronavirus ini? Jangan tanya saya. Ini bukan hanya masalah Indonesia. Melihat berbagai pemberitaan televisi dunia, yang terjadi di AS, Eropa, Jepang, dlsb, sama saja. Bedanya, di Indonesia ditambah dengan provokator dan SJW, yang suka lojan-lojon.
Tentu di beberapa negara luar Indonesia, tak ada yang benci Jokowi. Apa hubungannya? Banyak. AS mungkin juga tak begitu suka Jokowi. Apalagi dalam perebutan superioritas dengan China. Dalam Perang Dunia III ini, melampaui perang nuklir dan senjata kimia yang dikembangkan AS di Timteng, Chinalah yang memenangkan pertarungan. Jika ini lanjutan perang dagang AS-China, dua kali AS keok.
Dalam teori fisika, kalau semua turun, tak ada yang di bawah. Itu kata Mbah Einstein. Kalau semua naik, berarti tak ada yang di atas. Itu teori relativitas. Baru menjadi soal, jika ada yang naik ada yang turun. Ada yang jadi Presiden, ada yang terus cuma jadi provokator dan SJW. Karena menjadi provokator dan SJW ternyata ada yang meyakini sebagai jenjang. Jenjang kalau-kalau kekuasaan bisa direbut. Tanpa ikut Pemilu, cukup koar-koar di medsos. Mengurus negara kayak Indonesia, dikira kayak bikin film documenter atau iklan layanan funding.
Ada pula yang membuat teori kelas, teori konspirasi, teori bikin tahu bulat yang digoreng mendadak. Masing-masing orang ahli teori. Namun fakta tak terbantahkan, sistem sosial kita masih rentan. Kalau juga menghasilkan sosiolog dan SJW comberan, bisa dimaklumi. Apalagi sekedar main tebak-tebakan, bodoh baik, bodoh nggak ada abisnya, atau pinter kejam? Dalam frozen otak yang nggak adil, kesimpulannya bisa ditebak; Bodoh kejam. Frasa negative yang akan dipakai permanen.
Kemarin konon Presiden marah pada beberapa kepala daerah, yang bikin kebijakan lokal lockdown. Ayo marahlah, Pak Presiden. Saya dukung. Sekarang siapa yang mau marah pada pimpinan lingkungan masing-masing? Yang heroik nutup wilayahnya, tapi sama sekali tak bertanggungjawab memberi alternative, solusi, apalagi memfasilitasi.
Entah bagaimana kita jadi kehilangan nalar. Takut kesambet virus, takut mati . Padal mati jihad ‘kan dapet sorga? Saking takutnya, jadi paranoid. Seolah virus bisa main lompat seenak-enak jidatnya ke tubuh satu dan lain orang. Emangnya virus punya jidat?
Tidak meyakini bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk sempurna, dibanding makhluk lainnya? Emang tubuh kita kayak rempeyek, yang bisa hancur-lebur dalam genggaman buto ijo? Silakan tanya dokter atau anak D3 Kesehatan, bagaimana istimewanya tubuh manusia sampai jeroannya. Kenapa itu tidak yang didengungkan? Malah ketakutan-ketakutan yang ditebarkan. Emangnya virus takut dengan portal, atau hansip brewokan yang tak tahu persoalan medis? Spanyol yang melakukan lockdown pun jebol.
Sementara bakul sayuran keliling nangis pilu di rumahnya, ada flyer bertebar di medsos: Sebuah smart-market siap melayani pembelian sayur online, diantar sampai rumahmu. Duh kejamnya kamu, wahai, sistem! | @sunardianwirodono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KARENA JOKOWI BERSAMA PRABOWO

Presiden Republik Indonesia, adalah CeO dari sebuah ‘perusahaan’ atau ‘lembaga’ yang mengelola 270-an juta jiwa manusia. Salah urus dan sala...