Rabu, April 01, 2020

Pemimpin Cuci Tangan, Rakyat Kalap

Menghadapi Coronavirus (Covid-19), apa yang dianjurkan pemimpin di semua level? Dari Presiden hingga ketua RT? Ajakan cuci tangan mungkin yang paling kerap.
Di lingkungan saya, masyarakat panik. Bergerak sendiri-sendiri. Pemerintah Pusat mengatakan protokal-protokol, tapi sampai di manaitu protocol? Belum lama lalu, di lingkungan saya beredar berita 1 orang positif Corona. Info itu sudah menyebar sampai ke kota. Biasa, melalui berbagai WAG yang liar nembus ke mana-mana. Masyarakat kita amat ringan tangan mencet-mencet keypad ponsel mereka. ‘Saring sebelum share’ mungkin dimaknai share before sare, nyebar sakderenge bobo.
Untung ada teman dokter di Puskesmas Kecamatan, dan ketika dikonfirmasi orang yang diisukan terkena itu, sama sekali negative. Itu sekedar contoh, di antara rakyat sendiri, saling salang-tunjang, Baik karena ketidaktahuan atau sengaja memancing di air comberan. Di dunia digital ini ada anggota masyarakat yang juga anggota penjahat.
Beberapa wilayah melakukan “semacam” lockdown. Tapi tak ada SOP yang mereka pegang. System dan mekanisme atas inisiatif dan kreativitas masing-masing. Padal, dalam perkembangan, para ahli medis dunia semakin banyak yang mengakui lockdown sama sekali kagak ngaruh. Spanyol, negara yang melakukan lockdown, jebol juga. Prestasinya cukup nggegirisi, negara itu nomor dua terbanyak kena Corona setelah Italia. Jadi Mardani Ali Sera dan segerombolannya, yang suka teriak lokdan-lokdon, karena bukan ahlinya tak perlu didengarkan.
Ada beberapa wilayah yang bagus dalam antisipasi pandemi. Beberapa melakukan gerakan sosial, baik itu tingkat desa, dusun, kampung, pemukiman perumahan, dan sebagainya. Ada yang bertanggungjawab, bahkan sebuah dusun Jawa Tengah, memberi insentif Rp50ribu tiap hari per-KK. Ada yang melakukan mitigasi pandemi secara mandiri seperti salah satu desa di Bantul. Mengajak masyarakat berbudidaya toga (tanaman obat keluarga, seperti tanaman kelor) di salah satu desa Kawasan Pantura. Mereka menerapkan SOP untuk orang keluar masuk wilayahnya, meski dengan alat sederhana. Itu lebih beradab, dibanding menutup wilayah dari orang lain.
Manusia adalah makhluk sosial, itu kata para sosiolog dan mungkin budayawan. Tapi ketika semua orang menghimbau ‘tinggal di rumah saja’, ‘keluar rumah jika ada keperluan saja’, lantas bagaimana manusia memenuhi hajat hidup atau keperluannya? Tak ada manusia hidup tanpa keperluan. Karena kalau nggak ada keperluannya, ngapain hidup? Apalagi kini masalah baru muncul, beberapa orang stress, karena ekonominya hancur. Dan itu memperlemah imunitasnya.
Kita punya modal dasar menghadapi semua itu. Ialah tubuh kita sendiri. Bagaimana agar tubuh punya daya imunitas tinggi, daya tahan banting. Melakukan gerakan antisipasi, agar tidak antisosial, untuk meningkatkan antibodi, dan antihoax. 



Kita tinggal di negara tropis, meski sekarang musim penghujan. Kita terlatih hidup tidak higienis, jorok. Kita punya berbagai macam tanaman sayuran dan buah-buahan, yang menurut berbagai ahli ilmu gizi kuno dan modern, hingga saat ini, tetap relevan sebagai pemasok material tunggal produktivitas antibodi kita. Mudah dibudidayakan, juga murah.
Jika antibodi kita kuat, segala macam virus bisa dikalahkan oleh manusia. Hanya kebetulan, virus yang dinamai Covid-19 ini, belum terdeteksi dengan baik karakter dan polanya. Juga karena belum ditemukan vaksinnya. Masih terus dikembangkan para ahli di bidang itu.
Karenanya, para pemimpin jangan seperti Petruk jadi raja. Tudang-tuding, main perintah, tapi tidak memberi teladan. Karena sama-sama takut terimbas virus (bukan hanya karena antibodi buruk, tapi mungkin sikap-mentalnya). Semestinyalah, dari Presiden sampai ketua RT, lebih mengajak rakyat bergerak menguatkan antibodi masing-masing.
Caranya? Hampir semua orang sebenarnya tahu. Tinggal merumuskan alur logikanya, agar tumbuh kesadaran. Bahwa di dalam tubuh kita ada modal sangat besar. Yakni kemampuan otomatis sebagaimana sempurnanya tuhan menciptakan manusia.
Virus, bukan barang baru. Juga bakteri, jamur, dan sebagainya, yang bisa jadi musuh manusia. Ia ada di mana-mana. Bahkan di keyboard atau keypad, dalam genggaman tangan, bahkan dalam tubuh. Namun sebagaimana manusia ada yang baik dan ada penjahat, dari sana peradaban berkembang sebagai keniscayaan. Dalam tubuh kita juga sudah bersiaga berbagai kekuatan pelawannya. Tergantung bagaimana kita merawat dan memfasilitasi. Antara lain dengan pola hidup dan pola makan sehat.
Mengenai yang (maaf) sudah terpapar, positif terkena virus Corona, hanya para ahli medis dan pasienlah yang bisa menolong. Kita yang awam, termasuk pemerintah, hanya bisa memfasilitasi. Mungkin bukan me-lockdown wilayah. Namun tindakan mengisolasi atau mengkarantina yang terpapar, lebih terasa strategis. Sebagaimana dulu (Februari 2020 di Natuna), ketika Pemerintah Indonesia menangani seratusan orang yang terindikasi Corona dari China. Mungkin lho, saya bukan ahlinya. Para yang mulia stake-holderlah yang mesti memikirkan.
Tinggal bagaimana mitigasi pandeminya, untuk mengetahui seseorang terpapar dan tidak. Semoga IDI dan Puskesmas bisa bekerja sama. Jangan hanya ngancam mogok dengan alasan Pemerintah lamban mengadakan kelengkapan. Dengan segala hormat, saya mengutuk ancaman itu. Jika IDI mogok kerja, kalian masuk dalam daftar kelompok tak berguna, setelah partai politik dan agama sama-sama ambyar menghadapi pandemi ini. Alih-alih berguna, beberapa malah menggunakan agama untuk berhoax dan riya.
Ini saatnya pemimpin di semua level bergerak. Mengajak kita bersama untuk bahu-membahu, bergotong royong. Kalau pemimpin diam saja, karena juga takut terkena virus, buat apa jadi pemimpin? Apalagi cuma teriak-teriak cuca-cuci-cuca-cuci tangan mulu. Biasa cuci tangan sih! | @sunardianwirodono

1 komentar:

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
    dengan minimal deposit hanya 20.000
    add Whatshapp : +85515373217 ^_~

    BalasHapus

KARENA JOKOWI BERSAMA PRABOWO

Presiden Republik Indonesia, adalah CeO dari sebuah ‘perusahaan’ atau ‘lembaga’ yang mengelola 270-an juta jiwa manusia. Salah urus dan sala...