Dituliskan oleh Haris Azhar (di akun facebooknya, 2016, yang
sayangnya setelah dikopas beberapa media online, tulisan ini tak bisa
ditemui di akun HA); pertemuan dan wawancaranya dengan Fredy Budiman
yang terjadi pada 2014. Dua tahun lampau. Dan baru ditulis serta
diposting (2016) ketika Freddy Budiman sudah ditetapkan mendapat hukuman
mati 2012, dan telah dilaksanakan tanggal 29 Juli 2016, Jumat dinihari
jam 00:45.
Urutan waktu itu jelas. Saya tidak tahu, ngapain saja yang mengetahuinya sejak dua tahun itu. Yang pasti, saksi mahkota (pelaku itu sendiri), tak bisa dikonfirmasi lagi. Benarkah Freddy Budiman memberikan pengakuan itu? Bagaimana memegang kebenaran pengakuannya? Bagaimana mengkonfirmasikan dengan pihak-pihak yang disebutnya? Bisakah kita mewawancarainya lagi, di akherat sana? Entah di neraka atau sorga?
Urutan waktu itu jelas. Saya tidak tahu, ngapain saja yang mengetahuinya sejak dua tahun itu. Yang pasti, saksi mahkota (pelaku itu sendiri), tak bisa dikonfirmasi lagi. Benarkah Freddy Budiman memberikan pengakuan itu? Bagaimana memegang kebenaran pengakuannya? Bagaimana mengkonfirmasikan dengan pihak-pihak yang disebutnya? Bisakah kita mewawancarainya lagi, di akherat sana? Entah di neraka atau sorga?
Lenyap
lagi kesempatan untuk membongkar sebuah mafia bisnis narkoba. Yang ada
kemudian, copy-paste di medsos, yang lagi-lagi hanya memperkuat asumsi,
tetapi tidak menuntaskan masalah.
Menurut pengakuan Freddy (pada Haris Azhar), narkoba ini bisnis yang melibatkan polisi, tentara, pejabat BNN, dan hampir semua pejabat yang terkait penanganan ini, entah itu hakim, jaksa, pengacara (mungkin juga wartawan).
Tapi,...
Tapi, yah, sudahlah. Kita ingin berpesan: Bahwa penjahat atau banditnya memang bukan hanya Freddy. Mungkin seluruh bangsa Indonesia ini, termasuk saya. Tetapi Freddy Budiman juga dengan sadar melakukan pekerjaannya itu. Menangguk keuntungan terbesar, dengan mengakibatkan kerugian besar di pihak lain.
Terlalu naif bagi kita, membayangkan Haris Azhar bertemu dengan Teten Masduki, untuk berkoordinasi dengan Jokowi. Apalagi Haris Azhar dalam postingannya sudah menulis pula soal presiden palsu. Dan sesuai pepatah orangtua, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Untunglah hanya terlambat.
Hayuk, selfie lagi!
Menurut pengakuan Freddy (pada Haris Azhar), narkoba ini bisnis yang melibatkan polisi, tentara, pejabat BNN, dan hampir semua pejabat yang terkait penanganan ini, entah itu hakim, jaksa, pengacara (mungkin juga wartawan).
Tapi,...
Tapi, yah, sudahlah. Kita ingin berpesan: Bahwa penjahat atau banditnya memang bukan hanya Freddy. Mungkin seluruh bangsa Indonesia ini, termasuk saya. Tetapi Freddy Budiman juga dengan sadar melakukan pekerjaannya itu. Menangguk keuntungan terbesar, dengan mengakibatkan kerugian besar di pihak lain.
Terlalu naif bagi kita, membayangkan Haris Azhar bertemu dengan Teten Masduki, untuk berkoordinasi dengan Jokowi. Apalagi Haris Azhar dalam postingannya sudah menulis pula soal presiden palsu. Dan sesuai pepatah orangtua, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Untunglah hanya terlambat.
Hayuk, selfie lagi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar