Setelah kekalahan
Rieke Dyah Pitaloka di Jawa Barat dan Efendy Simbolan di Sumatera Utara,
keduanya dikalahkan PKS dalam pemilihan kepala daerah, nasib yang sama
kemungkinan besar juga akan terjadi di Jawa Tengah.
Penentuan cagub-cawagub yang dilakukan PDI Perjuangan di
detik-detik terakhir dalam pendaftaran pilgub Jateng kemarin, PDIP bukan saja
mengunci kesempatan parpol lain, melainkan juga dengan dingin “membuang”
Rustriningsih. Mekanisme politik kepartaian, yang dikuasai oligarki dan elite
partai menunjukkan, bahwa parpol Indonesia memang hanya permainan orang pusat.
Tak ada hubungannya dengan rakyat.
Kenapa Rustriningsih yang jauh lebih mengakar di Jateng dan
kader PDIP murni bisa dikalahkan oleh Ganjar Pranowo, anggota DPR-RI dari
Jakarta (meski kelahiran Kutoarjo dan kader PDIP juga)? Bisa dipastikan, karena
Rustriningsih meski memiliki karakteristik seperti Jokowi, tetapi dianggap
kurang santun dan kaku bagi orang partai dan orang pusat. Posisinya dianggap
berbahaya karena dianggap lebih suka one woman show dan tidak mempertimbangkan
partai (ini pastilah alasan yang dibuat kelompok yang hendak menyingkirkan
Rustriningsih).
Padahal, dilihat dari elektabilitas di daerah, Ganjar
Pranowo yang lebih sibuk di parlemen Jakartra, bukanlah sosok yang dikenal luas
di Jateng. Tidak sebagaimana Rustriningsih yang sejak menjabat Bupati Kebumen
dan kemudian wakil gubernur Jateng, lebih siap menghadapi pilkada ini daripada
Ganjar Pranowo.
Apa yang mau diraih PDIP dengan model politik transaksional
di pucuk pimpinan ini? Kekalahan demi kekalahan. Setelah Rieke, Efendi, maka
Ganjar pun kemungkinan besar bisa juga akan keok. Lagi-lagi, mungkin oleh PKS
(yang berkoalisi dengan partai menengah lainnya) yang mengusung Hadiprabowo dan
Don Murdono, yang dua-duanya pun sebenarnya berharap akan dicalon lewat PDIP.
Untuk PDIP tampaknya berlaku adagium satu burung ditangan
lebih baik daripada burung-burung beterbangan. Padahal, memegang Ganjar Pranowo
dan melepas tiga kandidat lainnya, akan membawa PDIP dalam blunder. Apalagi,
proses yang terjadi lebih bersifat transaksional, dan bukan proses dialog yang
jernih. Partai Wong Cilik ini, memang sudah lama menjadi Partai Mbak Mega. Dan
ia tinggal memunguti kerontokan politiknya.
Jika saja PDIP tidak memaksakan politik “zero zone game”,
dengan masih memberi ruang munculnya kandidat lain, agar kompetisi terbuka dan
menarik, Rustriningsih (dengan Garin Nugroho, misalnya), pasti akan menjadi
kuda-hitam yang penting via jalur independen, untuk memberi otokritik pada kaum
oligarkis partai. Sayangnya, Mbak Mega sudah terlalu tebal telinganya, sejak
lama.
Teknik ulur waktu penetapan cagub dan pendaftaran di akhir
waktu itu, sengaja dimainkan PDIP untuk mengunci agar Rustriningsih tidak maju
dengan kendaraan parpol lain, atau menjadi cagub lewat jalur independen.
Padahal, jika Rustriningsih menjadi cagub dan Garin Nugroho menjadi cawagub, akan
dengan mudah menggulung kompetitor cagub lainnya. Ini ramalan politik, yang
sayangnya PDIP tak berani membuka ruang kompetisi itu.
Karena ketakutan itu, PDIP sebagai partai politik,
mengingkari dan menutup proses rekrutmen politik para calon pemimpin sipil
secara terbuka. Mereka sengaja mengulur waktu, dan melakukan pembunuhan
karakter yang menjijikkan.
Dan mereka akan mendapatkan imbal baliknya, secara lebih
menyakitkan, karena ini terjadi di lumbung suara mereka. Satu-satunya daerah di
mana PDIP bisa menggapai kemenangan mutlak, sedang menyiapkan kerandanya.
HIDUP KALAH MENANG ITU SUDAH MENJADI TRADISI,DALAM PERMAINAN KHUSUSX PERMAINAN ANGKA TOGEL ITU SUDAH MENJDI BIASA,JADI DARI ITU KAMU JANGAN PUTUS ASA,SOLUSIX PASTI ADA,BERGABUNG AJA LANGSUNG DGN MASTERX,ANGKA BELIAU DI JAMIN 100%TEMBUS,,,ANGKA BELIAU TELAH SAYA BUKTIKAN SELAMA 3X PUTARAN,,,MASALAH DLM KELUARGA DPT TERSELESIKAN KHUSUSX MASALAH EKONOMI,,USAHA KINI DPT SAYA STABILKAN KEMBALI,,,ALHAMDULILLAH ITU BERKAT KY,BRAMA PATI,,,,JDI BAGI KAMU YG PUNYA PROBLEM,,,BERGABUNG AJA DI,,085,,342,,906,,547,,,OKAY,,,,KEBERHASILAN PASTI ADA BILA DI SERTAI DGN USAHA.
BalasHapus