Syahdan menurut sahibul bokis, berlangsunglah musyawarah hewan, di suatu
tempat yang demi keamanan saya tak boleh menyebutkan (soalnya kalau
disebutkan, apalagi mau demo kok konperensi pers ngundang
wartawan tivi, nanti lagi-lagi justeru dibocorkan oleh presiden sebagai
kudeta, dan hasilnya kontra-produktif ‘kan? Zapatista, Bung)!
Begini rekaman dialog hasil penyadapan musyawarah hewan itu:
DOMBA : "Heran deh, kenapa nama saya sering diseret-seret jika manusia mengadu manusia,..."
KAMBING : "Itulah tidak berperikebinatangannya mereka. Nama saya juga
sering dipakai.Seolah bangsa yang berkulit item itu jahat, salah, nggak
baik. Mereka ‘kan mestinya bikin label sendiri, toh kami nggak pernah
ngomong kambing kami yang jelek sebagai manusia hitam. Kan ada istilah
lain, kelompok tidak dikenal, 'kan keren tuh! Kenapa nggak dikenal?
Karena nggak bikin konperensi pers di TV, xixixixi,...!"
BABI :
"Aaah, sudahlah, ngomongin manusia nggak ada habisnya. Bayangin coba,
kenapa mereka memakai namaku untuk memaki-maki? Rasis!"
CORO : "Hiks,...! Mereka suka ngomong Coro Lu, padahal gua nggak pernah ngomong Coro Gua!"
TIKUS : "Eit, nha, nha, kalian juga seret-seret sesama warga negara
binatang. Emang kami bisa milih nama bukan 'tikus'? Kalau bisa milih
ujud kayak Adele, kalian tetep namain aku tikus? Emang aku bisa milih
lahir bukan jadi tikus, Cina, dan Kristen, kayak dibilang engkong Ridwan
Saidi itu? Tikus ‘kan juga makhluk ciptaan Tuhan? Kenapa kalau GM atau
Jitet bikin kartun koruptor mesti ngambil karakter kami-kami coba?"
BURUNG HANTU : "Wah, nggak ngerti art for art nih,... kik-kuk!"
ULAR : "Saya juga mau protes, apa salahnya dengan lidah saya? Lidah
saya emang bercabang, tapi tidak semua ular tidak jujur. Kita semua
kalau 'a' ya ngomong 'a'. Jangan lihat dari bentuk fisik dong. Fisik
banget ih kalian! Bar-bar! Dasar Ular Lu, eh, Manusia ding!"
ANJING :
"Iya, idem! Namaku juga sering dipakai jadi makian. Kok nggak diganti
'Sutan Lu!', Poltak Lu!', 'Dasar politikus Lu!', Monyet Lu,..."
MONYET : “Heiii… the talks are not educated at all!"
ASU : “Lha, aku iki anjing Jawa je, piye jal?”
MONYET : “Luweh, Su!”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Erick Thohir di Mana Sentuhannya pada Jokowi?
Ketika saya membaca biografi tulisan Alberthiene Endah, “Jokowi Menuju Cahaya” (2018), saya tidak merasakan roh atau spirit Jokowi. Deng...


Tidak ada komentar:
Posting Komentar