“Where
did we come from? Why are we here? Where do we go when we die? What lies
beyond?” begitu pertanyaan Nicholas dalam “The Spirit Carries On”, karya John
Petrucci, gitaris progressive metal band (di Indonesia disebut progressive
rock) Dream Theater.
Tampaknya hidup begitu mencemaskan. Apakah hidup
ini sudah ditentukan, apakah ini hanya kebohongan alam? Adakah hidup setelah
kematian?
Pertanyaan tergenting manusia hidup sebenarnya
bukan “kemana kita setelah kematian?”, tetapi fatalisme pada keyakinan “apakah
tidak ada kesempatan kedua?”
Hidup memang pendek, tetapi sepanjang kita masih
hidup, ada begitu banyak kesempatan. Kesempatan pertama gagal, bisa kita buka
kesempatan berikutnya. Tentu setelah mempelajari kegagalan pertama. Kegagalan
kedua, bisa membuka kesempatan ketiga, dan seterusnya. Karena kesempatan lahir
dari kemauan, gagasan, harapan, dan tentu saja kemampuan menciptakannya.
Dan hal itu terjadi bukan karena kata-kata
kosong. Gagasan bukanlah lamunan, tapi buah pikir yang aktif bergerak. Gagasan
tidak turun dari langit, atau ngangkang di closet, tapi dari tanah dan
pekerjaan kata Alain Prost.
Nicholas (hidup di 1999) yang semula selalu
dibayangi Victoria Page (korban perang yang meninggal 1922), toh pada akhirnya
juga mampu membebaskan dirinya. Ia tak lagi takut mati. Bahkan ia sangat yakin,
“If I die tomorrow I’d be allright, because I believe, that after we’re gone,
the spirit carries on,…” (Jika aku mati besok, aku kan baik saja, karena aku
percaya, walaupun setelah kita tidak ada, jiwa ini akan tetap ada,…”)
Jiwa yang tetap ada adalah jiwa yang
menginspirasi. Jiwa yang menginspirasi ialah jika apa yang kita kerjakan bisa
menjadi contoh model, entah untuk anak kita atau generasi yang akan datang.
Tidak selalu dalam kerja raksasa dan sesuatu
yang spektakuler. Berbuat baik pada diri sendiri dan orang lain, itu sudah
sangat menginspirasi siapapun. Apalagi ketika kita masih hidup, maka kesempatan
jauh lebih banyak, sebanyak yang diinginkan.
Persoalannya, mana yang bisa diujudkan,
syarat-syaratnya itulah yang mesti dipenuhi. Belajar, berlatih, bekerja, terus
demikian, sederhana saja.
Bahkan Victoria Page pun, dalam kematiannya, masih punya kesempatan
berbuat baik untuk menginspirasi Nicholas. Itu bukti selalu ada kesempatan
berikutnya. Sekiranya mau. “Move on, be brave, Dont weep at my grave!” Ayo,
beranilah, jangan menangis di kuburanku!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar