Minggu, Januari 06, 2013

Blusukan dan Pamor Politik SBY


Saan Mustofa dari Demokrat, mengatakan SBY lebih dulu blusukan, demikian pula Partai Demokrat mengatakan SBY sudah blusukan mulai 2004. Hal itu terkait pendapat yang beredar, bahwa SBY meniru gaya blusukan Jokowi. Sementara, Jokowi, Gubernur DKI Jakarta, mengatakan bahwa SBY sudah blusukan sejak dulu, tidak meniru dirinya. Puas?
Meskipun perdebatan ini terlihat ecek-ecek, dan agak menjijikkan, tapi justeru memang tampak, bahwa kualitas kepemimpinan Jokowi berada di atas SBY. Para cocomeo di sekitar SBY terlihat hanya semakin memerosotkan citraan SBY. Dari ngotot soal siapa lebih dulu, orang-orang Demokrat tak bisa menutupi politik pencitraan itu.
Apakah politik pencitraan jelek? Dalam komunikasi politik tentu tidak. Tapi masalahnya, cara berkomunikasi yang buruk justeru makin memperburuk citra yang hendak diraih. Personalitas Jokowi yang humbel dan tanpa pretensi, sekali lagi menohok SBY. Tahun lalu, dalam Pilkada DKI, perintah SBY pada Sutiyoso untuk memenangkan Foke, juga dipatahkan dukungan pemilih Jakarta pada Jokowi.
Tentu saja tulisan ini tak hendak mengajak orang Demokrat belajar berpolitik dari Jokowi. Bisa ngamuk mereka, dan mengatakan bahwa mereka sudah belajar politik sebelum Jokowi lahir. Tapi berpolitik dengan kesantunan dan ketulusan, akan bisa terasakan (bukan sekedar terlihat) oleh rakyatnya. Dalam soal personalitas, SBY kalah pamor dengan Jokowi.
Apakah tulisan ini mendorong Jokowi untuk menjadi capres? Tidak. Jokowi-Ahok sangat diperlukan untuk Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia. Dan masyarakat Jakarta bisa membantunya, dengan cara mengawasi DPRD-DKI yang mengaku-aku sebagai wakil rakyat Jakarta.
Soal capres 2014? Kalau rakyat Indonesia bisa menghasilkan wakil rakyat yang bermutu (artinya yang tidak bermutu tidak dipilih), kita tak perlu khawatir siapa presidennya. Presiden yang buruk masih bisa dibenahi dari parlemen yang baik. Tapi dengan parlemen yang buruk, presiden yang baik tidak bisa bekerja maksimal, apalagi presiden yang buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KARENA JOKOWI BERSAMA PRABOWO

Presiden Republik Indonesia, adalah CeO dari sebuah ‘perusahaan’ atau ‘lembaga’ yang mengelola 270-an juta jiwa manusia. Salah urus dan sala...