Tahun 1947 ketika bersekolah di perguruan tinggi Princeton dengan beasiswa Carniege, John Nash mahasiswa yang unik. Ia tidak menyukai perkuliahan dan suka membolos. Menurutnya berkuliah hanya membuang waktu dan mengekang kreativitas seseorang. Hanya membuat otak menjadi tumpul. Nash lebih suka belajar secara otodidak. Memahami dan memecahkan dinamika pergerakan natural melalui pemikirannya sendiri yang sangat kreatif. Nash lebih banyak meluangkan waktu di luar kelas, demi mendapatkan ide orisinil untuk meraih gelar doktornya. Hingga, dari penemuannya, dia berhasil diterima di pusat penelitian bergengsi, Wheeler Defense Lab di MIT.
Namun di lain sisi, Nash mengidap penyakit gangguan jiwa, skizofrenia, suatu gangguan jiwa dimana penderitanya tidak bisa membedakan antara halusinasi dan kenyataan. Sebenarnya penyakit itu sudah dideritanya sejak dia berada di Princeton, namun semakin parah ketika ia mengajar di MIT.
Hidup Nash mulai berubah ketika ia diminta Pentagon memecahkan kode rahasia yang dikirim tentara Soviet. Di sana, ia bertemu agen rahasia William Parcher. Dari agen rahasia tersebut, ia diberi pekerjaan sebagai mata-mata. Pekerjaan barunya ini membuat Nash terobsesi sampai ia lupa waktu dan hidup di dunianya sendiri.
Dan ketika dipertemukan di kafe, dengan Alicia, perempuan yang nantinya menjadi isterinya, John Nas dengan enteng mengatakan, "Tak usah berpanjang lebar, yang kita butuhkan pertukaran cairan bukan? Langsung saja kita bicarakan soal seks,…" Alicia marah dan menampar pipi John Nash, dan meninggalkannya.
Namun Alicia pada akhirnya mengenali Nash, seorang lelaki dengan dunianya sendiri. Yang sibuk dengan angka-angka. Yang bisa tenggelam di kamarnya sendirian berhari-hari, berminggu-minggu.
Namun ketika menerima penghargaan Nobel 1994, di Stockholm, Swedia pada bulan Desember, John Nash tahu, bahwa apa yang selama ini dilakukannya, adalah karena perempuan yang dicintai, Alicia, isterinya. Yang menemaninya dalam suka dan suka, dan terutama saat-saat John Nash dalam situasi under-pressure.
Di depan orang-orang yang menghadiri penerimaan anugerah Nobel itu, juga di depan Alicia, John Nash (dalam film "A Beautiful Mind" diperankan oleh Russell Crow, 2001), berpidato tanpa lepas pandangan pada isterinya, "Aku selalu percaya kepada angka. Di dalam persamaan dan logika, yang mengarah kepada alasan. Tetapi setelah pencarian seumur hidup seperti itu, aku bertanya apa sesungguhnya logika itu? Siapa yang memutuskan alasan? Pencarianku telah membawaku melalui fisik, metafisik, khayalan, dan kembali. Dan aku telah membuat penemuan terpenting dalam karirku. Penemuan paling penting dalam hidupku, hanya ada di dalam kemisteriusan persamaan cinta, sehingga alasan logis dapat diterapkan. Aku semata-mata di sini malam ini karenamu. Kaulah alasanku. Kaulah (isteriku) semua alasanku. Terima kasih."
Namun di lain sisi, Nash mengidap penyakit gangguan jiwa, skizofrenia, suatu gangguan jiwa dimana penderitanya tidak bisa membedakan antara halusinasi dan kenyataan. Sebenarnya penyakit itu sudah dideritanya sejak dia berada di Princeton, namun semakin parah ketika ia mengajar di MIT.
Hidup Nash mulai berubah ketika ia diminta Pentagon memecahkan kode rahasia yang dikirim tentara Soviet. Di sana, ia bertemu agen rahasia William Parcher. Dari agen rahasia tersebut, ia diberi pekerjaan sebagai mata-mata. Pekerjaan barunya ini membuat Nash terobsesi sampai ia lupa waktu dan hidup di dunianya sendiri.
Dan ketika dipertemukan di kafe, dengan Alicia, perempuan yang nantinya menjadi isterinya, John Nas dengan enteng mengatakan, "Tak usah berpanjang lebar, yang kita butuhkan pertukaran cairan bukan? Langsung saja kita bicarakan soal seks,…" Alicia marah dan menampar pipi John Nash, dan meninggalkannya.
Namun Alicia pada akhirnya mengenali Nash, seorang lelaki dengan dunianya sendiri. Yang sibuk dengan angka-angka. Yang bisa tenggelam di kamarnya sendirian berhari-hari, berminggu-minggu.
Namun ketika menerima penghargaan Nobel 1994, di Stockholm, Swedia pada bulan Desember, John Nash tahu, bahwa apa yang selama ini dilakukannya, adalah karena perempuan yang dicintai, Alicia, isterinya. Yang menemaninya dalam suka dan suka, dan terutama saat-saat John Nash dalam situasi under-pressure.
Di depan orang-orang yang menghadiri penerimaan anugerah Nobel itu, juga di depan Alicia, John Nash (dalam film "A Beautiful Mind" diperankan oleh Russell Crow, 2001), berpidato tanpa lepas pandangan pada isterinya, "Aku selalu percaya kepada angka. Di dalam persamaan dan logika, yang mengarah kepada alasan. Tetapi setelah pencarian seumur hidup seperti itu, aku bertanya apa sesungguhnya logika itu? Siapa yang memutuskan alasan? Pencarianku telah membawaku melalui fisik, metafisik, khayalan, dan kembali. Dan aku telah membuat penemuan terpenting dalam karirku. Penemuan paling penting dalam hidupku, hanya ada di dalam kemisteriusan persamaan cinta, sehingga alasan logis dapat diterapkan. Aku semata-mata di sini malam ini karenamu. Kaulah alasanku. Kaulah (isteriku) semua alasanku. Terima kasih."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar