Catatan Sunardian Wirodono
Sejak kita masih anak-anak, sudah terlalu sering para orangtua kita, keluarga kita, teman-teman kita, dan bahkan guru-guru kita, secara langsung atau tidak, mengondisikan pikiran kita untuk menganggap mimpi sebagai hal yang tak dapat dicapai. Mereka sering menyebutnya dengan impian kosong, atau hanya menganggapnya sebagai lamunan belaka. Sehingga rasanya sangat memalukan, karena kata mimpi disamakan dengan suatu pengharapan yang tak realistis, tak nyata.
Mereka beranggapan bahwa impian kita merupakan suatu bentuk keinginan untuk melarikan diri dari kenyataan yang sebenarnya. Bahkan mereka sering merasa kasihan kepada kita, yang memiliki impian besar. Mereka sering menghibur kita dengan kata-kata, yang jika tidak penuh sinisme juga mengandung belas kasihan, “Yah, mudah-mudahan mimpimu dikabulkan oleh Tuhan,...”
Mimpi sesungguhnya merupakan gambaran mental, yang menginspirasi semua usaha manusia untuk menjadikannya suatu bentuk nyata. Dan, Anda sudah membuktikannya sekarang ini. Anda sekarang ini, dapat menikmati berbagai fasilitas, kemudahan dan kenyamanan dalam kehidupan. Semua itu disebabkan oleh mimpi-mimpi sebelumnya. Anda bisa menikmati televisi, menggunakan komputer, memakai telepon genggam, dan membaca tulisan ini sekarang ini.
Juga Anda bisa melihat peninggalan-peninggalan sejarah, yang pasti juga berasal dari mimpi-mimpi besar. Seperti piramid di Mesir, Tembok Besar di China, Taj Mahal di India, Menara Eiffel di Perancis, Candi Borobudur di Indonesia, dan bahkan Tugu Monas di Jakarta, yang lahir karena mimpi gila Sukarno. Itu semua bukti dari keajaiban mimpi-mimpi besar.
Mimpi besar Anda akan membuat jiwa Anda sadar akan kekuatan sejati diri Anda. Di situ masalahnya kemudian. Menyadari potensi Anda yang sebenarnya. Sebagaimana tutur Thomas A. Edison, mimpi itu bisa menjadi mimpi kosong, lamunan belaka, jika sama sekali tak mampu menggerakkan kaki dan tangan Anda. Tak mampu memberdayakan Anda, dan menggali potensi tersembunyi dari Anda. Karena setelah bermimpi, maka langkah berikutnya ialah mengujudkannya. Harus diproses satu-persatu dengan cara, tindakan, dan sikap yang terukur. Keindahan mimpi ialah ketika ia menjadi nyata. Tipuan mimpi, ialah jika ia tak menumbuhkan kekuatan kita, karena kita hanya inginkan kenikmatannya, tanpa mau perjuangannya.
Kesuksesan bukanlah bakat, melainkan sikap, kata Einstein. You must start with a positive attitude or you will surely end without one, kata Carrie Latet. Anda harus mulai dengan sikap positif, atau Anda pasti akan berakhir tanpa satu pun.
Tahukah Anda bagaimana keindahan dunia turun? Kata pepatah Cina, menjaga pohon hijau dalam hatimu, dan mungkin burung bernyanyi akan datang. Keep a green tree in your heart and perhaps a singing bird will come.
Impian adalah cetak biru (blue print) untuk prestasi terbesar Anda, demikian kutbah Napoleon Hill, penulis buku “Think & Grow Rich”. Jika Anda berani bermimpi besar, punya cita-cita setinggi langit, maka itu semakin memperkuat diri Anda, sekiranya hal itu kemudian Anda breakdown menjadi langkah-langkah untuk mencapainya. Karena cara menikmati mimpi, ialah dengan menggapainya menjadi nyata. Dan menjadikannya nyata ialah dengan menapaki jalan kenyataan.
Selamat bermimpi di 2012, dan, selamat tidur.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KARENA JOKOWI BERSAMA PRABOWO
Presiden Republik Indonesia, adalah CeO dari sebuah ‘perusahaan’ atau ‘lembaga’ yang mengelola 270-an juta jiwa manusia. Salah urus dan sala...
-
Catatan Tambahan: Tulisan ini sebenarnya saya tulis serius karena diminta oleh sebuah blog di Yogyakarta, yang bertagline; “Sedik...
-
UMAR KAYAM, lahir di Ngawi, Jawa Timur, 30 April 1932 dan meninggal di Jakarta, 16 Maret 2002 pada umur 69 tahun, seorang sosiolog, novel...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar