Syahdan, pada malam tahun baru lalu, seorang Polisi mendatangi lokasi kecelakaan sebuah mobil sedan yang menabrak pohon trembesi. Sopir dan seorang penumpangnya, diketahui tewas, tiga luka parah, empat sehat, dan lima sempurna. Namun meski sempurna, artinya tidak luka dan lecet, kelimanya tak bisa dimintai keterangan. Pak Polisi merasa buntu. Ia kemudian meminta bantuan ke kesatuannya, untuk membawa korban yang butuh segera perawatan.
Maka, hatta, ketika Pak Polisi kembali mengamati sekitar mobil yang hancur itu, tiba-tiba seekor monyet melompat dari semak-semak ke atas mobil yang kecelakaan. Pak Polisi mengamati monyet itu, dan bergumam pada si monyet, berharap sang monyet bisa membantunya memecahkan masalah.
Anehnya, si monyet memandangi Pak Polisi, lalu memberi respon atas pertanyaan polisi dengan menganggukan kepala.
"Kamu mengerti apa yang saya katakan?" tanya Pak Polisi dengan perasaan penasaran.
Kembali si Monyet menganggukan kepala.
"Baik. Apa kamu melihat ini,..?" kata Polisi sambil menunjuk pada mobil yang hancur itu.
Sang Monyet kembali mengangguk.
"Bagaimana kejadiannya bisa sampai begini?" Pak Polisi mulai terasa akran dengan Sang Monyet. Mungkin solidaritas senasib.
Si monyet mengambil kaleng bir yang sudah kosong, lalu pura-pura menempelkan kaleng tersebut seperti sedang menenggak minuman ke dalam mulutnya.
"Mereka habis minum bir?" bertanya Polisi menebak-nebak.
Si Monyet kembali mengangguk-angguk.
"Yang lainnya, apa lagi?" Polisi tak sadar mengajak Monyet berbincang.
si monyet menjepitkan ibu jari dan telunjuknya, lalu menempelkan pada bibir, sembari merem-melek.
"Mereka ngeganja?" tanya Polisi lagi
Kembali si Monyet bulu menganggukkan kepala.
"Tapi tunggu, tadi kamu bilang tuanmu minum bir dan menghisap ganja sebelum terjadi kecelakaan ini?"
Monyet itu kembali lagi menganggukkan kepala. Karena kalau menganggukkan dengkul, tidak dimungkinkan.
"Lalu kamu ngapain dalam mobil ini selama bersama mereka?"
Sang Monyet kemudian pasang aksi di belakang kemudi. Ia memperagakan seolah sedang menyetir.
Pak Polisi pun jadi sewot, "Ooooo, jadi kamu yang mengemudikan mobil ini?' Ngobrong dol!"
Si Monyet malah melonjak-lonjak dengan dua tangan menangkup di kepalanya. Sembari meringis, tiba-tiba ia bisa berkata, "Ampun, Pak, ampun, Pak, jangan brutal, Polisi 'kan suka damai tooooo?"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KARENA JOKOWI BERSAMA PRABOWO
Presiden Republik Indonesia, adalah CeO dari sebuah ‘perusahaan’ atau ‘lembaga’ yang mengelola 270-an juta jiwa manusia. Salah urus dan sala...
-
Catatan Tambahan: Tulisan ini sebenarnya saya tulis serius karena diminta oleh sebuah blog di Yogyakarta, yang bertagline; “Sedik...
-
UMAR KAYAM, lahir di Ngawi, Jawa Timur, 30 April 1932 dan meninggal di Jakarta, 16 Maret 2002 pada umur 69 tahun, seorang sosiolog, novel...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar