
Dalam cerita itu, muncul rasa kejengkelan mereka dengan pasukan Hisbul Wathon. Pasukan ini, sangat lekat dengan kyai. Sebelum maju perang, tradisi mereka menyorongkan bambu runcing untuk diberi isim, doa, oleh kyai mereka. Demikian juga mereka diberi mantra agar sakti, tak tembus peluru.
Lho kenapa Asmuni cs., tak menyukai pasukan yang religius ini? Konon kabarnya, setiap operasi militer yang bersifat rahasia, lebih sering gagal jika diikuti oleh pasukan HW itu. Kenapa? Karena yang mestinya operasi berjalan diam-diam, eh, begitu hendak tiba ke sasaran, anggota pasukan HW itu biasanya lantas teriak-teriak, bertakbir, "Allahu Akbar, Allahu Akbaaaarrrr,..."
Tentu saja, pihak musuh (yakni tentara Belanda) memberikan serangan balik, memberondong para pasukan HW dengan peluru timah panas. Dan gagallah operasi rahasia itu.
Eh, setelah mendapat isim dari sang kyai dan mantra kesaktian itu, apakah mereka benar sakti, tidak tembus peluru dan menang perang dengan bambu runcingnya?
"Ya, tidak, tetap saja mereka moik (mati)," sungut Asmuni, "dan kocar-kacirlah kami dikejar Belanda,...."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar