Oleh : Sunardian Wirodono
Ini cerita Asmuni (almarhum, pelawak Srimulat) pada saya, sewaktu saya tinggal di Slipi (Jakarta). Rumah kami berdampingan, di jalan Anggrek Cendrawasih.
Suatu ketika, dalam kaitan dengan PKB, Gus Dur (belum menjadi Presiden) ke Jombang. Alun-alun Jombang, yang hendak dipakai deklarasi partai, tumplek-bleg manusia. Mobil yang membawa Gus Dur sudah sampai di tepi alun-alun, pintu mobil dibuka, tapi Gus Dur tak mau turun. Dia bilang, dia hanya mau turun jika dijemput Asmuni (tokoh ini, meski belum punya KTA PKB, dia ternyata adalah Ketua Departemen Seni Budaya DPP PKB).
Panitia pun ribut, mencari Asmuni, yang kebetulan waktu itu sudah lebih banyak tinggal di Mojokerto.
Mereka kalang-kabut menjemput Asmuni terlebih dulu. Panas menyengat tak mengusir antusiasme massa yang menyemut menunggu Gus Dur. Hingga akhirnya Asmuni pun datang.
Setelah meyakini bahwa Asmuni sudah dipanggil dan berada di dekatnya, Gus Dur pun turun. Massa merangsek ingin mendekat Gus Dur. Para Banser NU pun kerepotan hendak mengantar Gus Dur ke panggung.
"Gus, sampeyan di belakang saya,..." tiba-tiba Asmuni berinisiatif.
Gus Dur pun segera berdiri di belakang Asmuni, dan meletakkan dua tangan di bahu Asmuni.
Massa yang merubung, disibak oleh Banser NU, bak Nabi Musa mengacungkan tongkatnya di Lautan Merah, hingga membentuk lorong manusia menuju ke panggung. Orang-orang yang berdiri di pinggiran lorong, mencoba menggapai Gus Dur, tentu saja agar bisa salaman. Mereka saling dorong berdesakan maju. Tapi, Gus Dur tetap saja meletakkan dua tangannya di pundak Asmuni. Penglihatan Gus Dur waktu itu memang sudah bermasalah, hingga jika berjalan harus dituntun. Akibatnya, Asmuni justeru yang jadi sibuk menyalami kiri-kanan ribuan tangan ummat yang menggapai-gapai Gus Dur,...
Di panggung, Asmuni berbisik pada Gus Dur, "Gus, hari ini sampeyan kalah sama saya, ribuan tangan nyalami saya,...!"
Gus Dur membalas, "Tapi 'kan nggak ada amplopnya,...!"
Asmuni dan beberapa yang ada di dekatnya ngakak. Dalam tradisi NU, dapat berjabat tangan dengan kyai yang dihormati, itu berkah. Sementara bagi panitia yang mengundang kyai, untuk menjaga kehormatan, cara memberikan honor pada kyai adalah ketika bersalaman pada akhir acara. Dari situlah akan terjadi adegan berpindahnya amplop (berisi uang tentu) dari tangan panitia ke tangan kyai. Salam tempel istilah Polisi Indonesia. Jadi, maksud lelucon Gus Dur, meski salaman dengan ribuan orang, tapi nihil.
Beberapa waktu kemudian, Asmuni mengaku pada saya, dia merasa dikibuli Gus Dur. Karena Gus Dur waktu itu sangat capek dari bersafari PKB. Dan satu-satunya yang bisa meredam massa, karena tak bisa salaman dengan Gus Dur, hanyalah popularitas Asmuni. Emha Ainun Nadjib pernah menyebut, Tujuh Keajaiban Jombang antara lain adalah Asmuni (disamping Gus Dur, Nurcholish Madjid, Gombloh, dan tiga lagi entah saya lupa). Setidaknya Gus Dur punya alasan, tak bisa salaman karena dua tangannya harus bertumpu di pundak Asmuni,... | Ditulis oleh Sunardian Wirodono
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KARENA JOKOWI BERSAMA PRABOWO
Presiden Republik Indonesia, adalah CeO dari sebuah ‘perusahaan’ atau ‘lembaga’ yang mengelola 270-an juta jiwa manusia. Salah urus dan sala...
-
Catatan Tambahan: Tulisan ini sebenarnya saya tulis serius karena diminta oleh sebuah blog di Yogyakarta, yang bertagline; “Sedik...
-
UMAR KAYAM, lahir di Ngawi, Jawa Timur, 30 April 1932 dan meninggal di Jakarta, 16 Maret 2002 pada umur 69 tahun, seorang sosiolog, novel...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar