"Perjuangan baru dimulai, kita akan terus berjuang.
Perjuangan kita tak berhenti sampai ke titik akhir," kata Prabowo Subianto
di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Bandung, Jawa Barat, (19/8/2014).
"Ini bukan karena saya ingin merebut kekuasaan, bukan karena Hatta Rajasa
ingin menjadi wakil presiden, tapi ini tanggung jawab saya kepada puluh jutaan
rakyat yang telah mendukung saya, karena selama ini proses berjalannya pemilu
penuh dengan kecurangan." Terus, puluhan juta juga yang tidak mendukungmu,
tanggung jawab siapa? Mari kita goblog-goblogan saja.
Untuk itu, seperti dikatakan Prabowo pada kesempatan itu,
gugatan akan diajukan kepada PTUN, dan MA, biar saja dilakukannya. Dan kita
biarkan orang menghina-dina dirinya dikata tidak ngarti hukum. Tak peduli bahwa
apa yang sudah diputuskan oleh MK, bersifat final dan mengikat. Ataukah tujuan
sebenarnya memang mau mengacau-balaukan system hokum dan system kepolitikan
kita? Dan rakyat dibikin main-mainan seolah dunia hanya benar jika dirinya
menang? Kalau Indonesia hanya menuruti mimpi-mimpi ARB, Hashim, Harry Tanoe, Fadli
Zon, beberapa petinggi PKS, bisa puyeng kita. Kalau para lawyer mereka sih,
semua tergantung bayaran, nggak usah direwes. Kalau client mereka kalah, mereka
pasti akan jadi orang bijak, “sebagai orang yang mengerti hokum, kita mesti
menjunjung tinggi keputusan hakim.” Toh kekalahan bukan karena mereka, tetapi
karena keputusan hakim.
Toh Tim Hukum Merah Putih sudah mengajukan gugatan KPU ke
PN Jakpus sebelum MK menjatuhkan vonis. Sementara Fadli Zon juga mengajukan
ketua KPU ke Polda Jaya, selain gugatan ke DKPP dan mungkin masih banyak lagi
kelak yang akan digugat ke berbagai lembaga hukum, disamping upaya untuk
pembentukan Pansus Parlemen dan niatan menjegal pemerintahan, dan bahkan
mengajak kaum ibu untuk siap-siap membuka dapur umum karena perjuangan baru
dimulai. Memangnya rakyat Indonesia ini semua memilih dia? Dan semua tunduk
pada nafsu dia? Itu sangat menghina rakyat Indonesia seolah tak punya otak, tak
punya kemampuan menilai, tak punya akses untuk membandingkan dengan berbagai
informasi mana yang benar dan mana yang benar-benar hoax? Kalau ada orang bodoh
banget mengikuti ajakan bodoh, hanya ada dua kemungkinan, yakni kalau bukan
bayaran memang nuraninya sudah mampet.
Semuanya itu menunjukkan ambivalensi antara malu-malu
disebut ngotot menginginkan kekuasaan, namun di sisi lain sudah merasa di posisi
kalah (cuma tak mau menerima), dan tak tahu jalan pulang. Makanya jangan hanya
nari poco-poco, sesekali dengarkan lagu Sandy Sandoro. Ini tragedi sebuah
karakter manusia dan tetironnya, yang kebetulan ditunggangi para pihak yang
memanfaatkan kelemahan karakter tersebut. Bukan persoalan bangsa sebenarnya,
jika saja kita tak terlalu berbaik hati dan bertoleran. Akal sehat kita pada
dasarnya akan tetap bekerja secara normal, dengan kalkulasi biasa saja.
Popularitas Prabowo sendiri turun, juga di kalangan pendukungnya. Akun
abal-abal di facebook, dan beberapa blog gratisan sebagai bloopers Prabowo,
sudah melorot drastis karena de-active ataupun passif. Nilai-nilai keadaban
public, secara alamiah akan bekerja dengan sendirinya.
Emangnya siapa Prabowo, si anak manja yang dibesarkan
dalam pelarian think-tanker PRRI-Permesta, hingga harus didewakan dengan
mengorbankan kepentingan bangsa dan Negara kita, yang jauh lebih besar? Sudah
saatnya menyudahi segala omong kosong ini, dan kembali bekerja pada fitrah
kemanusiaan kita.
Kentut itu pedih, Korporal Diroen!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar