Pahlawan itu bukan dilahirkan, melainkan
diciptakan, demikian Ben Anderson. Diciptakan bukan untuk sekedar teladan tapi lebih
untuk mengokohkan ideologi negara-bangsa, memproduksi ulang narasi nasionalisme,
atau faham-faham yang dianut sang hero.
Pada sisi
itu, film Pengkhianatan G30S/PKI (1982) bisa dimasukkan dalam kelompok
film propaganda. Sama sekali berbeda
dengan film sejarah. Jika film sejarah berangkat dari detail dan akurasi data,
yang imparsial dan sama sekali tak boleh
menambah-nambah elemen.
Dalam
film Arifin C. Noor, G30S (kita sebut saja begitu), teks kepahlawanan begitu menyederhanakan
kompleksitas masalah dan riwayat tokoh-tokohnya. Narasi kepahlawanan yang
dibangun, berangkat dari motif hitam-putih. Memposisikan Soeharto sebagai
pahlawan dan Sukarno pecundang.
Film
memang media propaganda yang paling efektif. Kita sendiri belum mempunyai
produksi film sejarah yang memadai, meski saya lebih suka menyebut film ‘Enam
Djam di Djokja’ karya Usmar Ismail (1949) film dokumenter kreatif dalam menginterpretasikan
sejarah. Ia dibuat dalam waktu tak berselang lama dengan kejadiannya, dan
diproduksi di lokasi aselinya.
Film-film
yang didaku sebagai film sejarah kita, entah itu berjudul Soekarno, Sudirman,
Cokroaminoto, RA Kartini, Sultan Agung, dan sebagainya, lebih dekat sebagai
film propaganda dalam pengertian mempromosikan nilai-nilai massacre yang
ditokohkan. Disamping riset sejarah yang belum memuaskan, dalam replikasi dan
duplikasi, juga tentu cara pandang myopic pembuat film yang disebut sejarah itu
masih bisa dimaafkan dari bias-bias yang muncul.
Beda
dengan Arifin G30S, tak sedikit manipulasi
sejarah dalam film berdurasi 271 menit itu. Upaya pemahlawanan seseorang
dilakukan dengan mendiskreditkan orang atau pihak lain. Untuk diputar masa
kini, jelas makin tampak pembiasannya. Apalagi dengan makin banyak temuan-temuan
baru fakta sejarah 1965. Soeharto sendiri, dalam perjalanannya kemudian, adalah yang ditersangkakan terlibat tindak
korupsi sebagaimana bunyi Tap
(Ketetapan) MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang penyelenggaran negara yang bersih
dan bebas KKN.
Soeharto adalah presiden yang gemar membuat
film propaganda. Selain G30S, ada pula Janur Kuning dan Serangan Fajar.
Keduanya tak jauh beda, pengkultusan pada Soeharto. Dalam Janur Kuning,
Soeharto dikesankan lebih hebat dari Sri Sultan Hamengku Buwana IX. Dalam Janur
Kuning, peran Soeharto mendeskreditkan peran Sri Sultan HB IX, sama dengan di
G30S di mana Soeharto mendiskreditkan Sukarno.
Ketika bekas Panglima TNI Gatot Nurmantyo
(dari TNI-AD) menantang Panglima TNI sekarang, Marsekal Hadi Tjahjanto (dari TNI-AU),
untuk memutar film G30S, bukan tanpa tendensi. Jauh sebelumnya, KSAU Marsekal
Saleh Basarah (1986), mengklaim film itu mendiskreditkan TNI-AU.
Film Arifin G30S dikatakan
kontroversial karena kini bukan lagi alat konsolidasi, melainkan berpotensi
memecah belah atau mengadu domba. Maka mengherankan jika melihat semangat
lembaga dan pribadi, yang kini koar-koar ngajak nobar film ini. Nilai apa yang
mau ditontonnya? Semangat anti komunsime, atau anti PKI?
PKI sebagai
partai politik sudah resmi dibubarkan. Komunisme? Ideologi ini diberbagai
negara tidak laku, termasuk di Cina dan Rusia. Menghidup-hidupkan hantu
komunisme, menunjukkan ketidakmampuan menemukan cara mengajak bangsa ini
menjadi manusia pembelajar. Lebih celaka lagi, jika tujuannya ternyata hanya
untuk memberi justifikasi; bahwa ideologi agamaisme silakan masuk, untuk
mendelegitimasi capres yang kebijaksanaan politiknya merugikan kelompok pendukung
yang ngajakin nobar film G30S.
Menteri
Penerangan Yunus Yosfiah, dalam kabinet Presiden BJ Habibie, September 1998
menyatakan; pemutaran film bernuansa
pengkultusan tokoh, seperti film Pengkhianatan G30S PKI, Janur Kuning, dan Serangan
Fajar tidak sesuai lagi dengan dinamika reformasi.
Sekarang, kekuasaan yang dulu digulung
Reformasi 1998, seolah sedang melakukan konsolidasi. Dan Partai Berkarya
pimpinan Tomi Soeharto, juga ajakan Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin, dalam ajakan nobar film G30S mempropagandakan hal itu
untuk ‘Melawan Lupa!”
Melawan lupa atau melawan ingat?
|POKER | CEME | DOMINO99 | OMAHA | SUPER10
BalasHapusBONUS HARIAN YANG BERAGAM BISA DIDAPATKAN
MELAYANI SEMUA BANK DI INDONESIA
BANK NASIONAL + BANK DAERAH |
BBM : D8C0B757
WhastApp : 0812-2222-1680
Lnk : P0KERAYAM .CO