Keduanya
menduduki jabatan penting, Fahri Hamzah adalah Wakil Sekjen Bidang
Komunikasi Politik, dan Mahfudz Sidik Wakil Sekjen Bidang Media dalam
jajaran kepengurusan DPP PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Artinya, dua-duanya mengetahui komunikasi politik dan persoalan media (semoga, harap-harap cemas sih).
Mari sekarang kita lihat, dua anak muda (yang sudah mulai tua itu), mau
menghajar KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), sebuah lembaga Negara
produk situasi reformasi 1998 yang menjadi tuntutan rakyat dan kemudian
ditetapkan oleh MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), dan sah sebagai
produk hukum negara, yang sampai sekarang belum dicabut.
Kini, PKS
(setidaknya diwakili dua pemimpinnya itu, jika tidak boleh mengatakan
mereka dikorbankan seniornya untuk test the water), hendak menghajar dan
menantang mana lebih dulu bubar, KPK atau PKS.
Semua orang tahu,
lahirnya PKS, yang dulu sebelum sejahtera, bernama PK (Partai Keadilan,
namun karena tak laku kemudian berubah strategi dengan tambahan
‘sejahtera’ itu), adalah karena euphoria reformasi 1998, yang 15 tahun
lalu makan korban, dan para korban belum mendapatkan keadilannya hingga
kini.
Munculnya multi-partai, ternyata lebih banyak mengkhianati
tujuan reformasi politik Mei 1998. Senyatanya, banyak partai makin
banyak korupsi. Termasuk indikasinya yang sedang diproses di KPK adalah
kasus impor daging sapi, yang melibatkan presiden PKS Lutfie Hasan Ishaq
(kemudian mantan) dan Ahmad Fathanah.
Bahwa banyak parpol selain
PKS tidak bersih, iya. Bahwa kinerja KPK belum bagus, iya. Tapi perilaku
orang-orang PKS dan elitenya (apalagi berkait penyitaan mobil LHI yang
disembunyikan di kantor DPP PKS oleh Achmad Zakie), ternyata sama saja
dengan yang lainnya ketika ada “oknum”-nya tercokok KPK. Membela diri
membabi buta, menuding balik KPK dengan menyebar isyu di berbagai media,
dan menyalahkan situasi. Mengapa tidak menempuh jalur hukum yang lebih
terhormat, lakukan perlawanan hukum, bukan perlawanan preman, apalagi
untuk partai yang mengaku bersih dan beragama? Mengapa mobil-mobil milik
LHI dari rumah dialihkan ke kantor DPP PKS? Mengapa didaku mobil-mobil
itu milik DPP? Jadi, ini kejahatan korporasi atau gimana?
Jamak
orang salah menyembunyikan salahnya. Tapi di mana moral orang salah
menyalahkan pihak lain tapi menikmati hasilnya? Kalau PKS menantang
membubarkan KPK, dan cenderung mengindikasikan tidak mendukung KPK, PKS
memang hanya penumpang gelap reformasi. Ia tak pernah punya statemen
tentang situasi Mei 1998, tetapi tiba-tiba menantang pembubaran KPK
sebagai produk reformasi. Kalau PKS mau menentang dan menantang tuntutan
rakyat, mungkin itu baik untuk akhir perjalanannya. Rakyat paling
a-politis pun akan jijik dengan partai korup yang mengaku bersih.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KARENA JOKOWI BERSAMA PRABOWO
Presiden Republik Indonesia, adalah CeO dari sebuah ‘perusahaan’ atau ‘lembaga’ yang mengelola 270-an juta jiwa manusia. Salah urus dan sala...
-
Catatan Tambahan: Tulisan ini sebenarnya saya tulis serius karena diminta oleh sebuah blog di Yogyakarta, yang bertagline; “Sedik...
-
UMAR KAYAM, lahir di Ngawi, Jawa Timur, 30 April 1932 dan meninggal di Jakarta, 16 Maret 2002 pada umur 69 tahun, seorang sosiolog, novel...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar