Syahdan, di provinsi Shandong, China, tepatnya di kota Qingzhou, terdapat sebuah legenda kuno. Pada jaman dinasti Ming, terdapat sebuah desa yang disebut desa Tang, yang berbatasan dengan Lie dan Yuan.
Seluruh penduduk di desa itu bermarga Tang. Mereka hanya terdiri dari 30 keluarga, dengan mata pencaharian sebagai petani.
Mereka hidup makmur, namun seluruh penduduk desa ini agak egois. Tak peduli orang disekeliling, dan kualitas moral mereka sangat rendah.
Pada suatu pagi buta, desa ini dikunjungi seorang tua gila. Di atas pundaknya memikul cangkul, di depan dadanya juga terdapat sebuah cangkul. Mulutnya tidak berhenti berteriak, “Kebakaran, kebakaran besar, coba lihat apakah kobaran api yang sangat besar ini? Di depan api besar, di belakang api besar,...”
Orangtua itu sepanjang pagi berteriak, gayanya sangat teatrikal, sebagaimana Sutardji Calzoum Bachri membaca puisi dengan bir. Namuni tak ada seorang penduduk desa pun memperdulikan. Mereka beranggapan orangtua itu hanya sosok orang gila.
Ketika orangtua ini hendak pergi dari desa itu, dia berjalan melewati sebuah rumah. Kebetulan tuan rumah sedang memasak air untuk membuat teh. Melihat orangtua gila ini melewati pintu rumahnya, ia berkata, “Hai, orangtua, Anda kelihatan capek. Jangan berteriak mulu, cepatlah masuk, minum teh dan melepaskan lelah!"
Orangtua gila ini tanpa segan lagi, masuk dan duduk. Mereka berdua mulai mengobrol. Terlihat kemudian, setelah mengobrol ngalor-ngidul, bahwa orangtua itu sama sekali tidak gila. Bahkan tampaklah ia berpendidikan, sopan, serta orang yang berkecukupan.
“Di desa ini hanya keluarga kamu yang baik," berkata yang disebut orangtua gila itu, "saya melihat di desa ini besok akan terjadi kebakaran besar. Saya khusus datang menyelamatkan orang. Jika engkau percaya kepada perkataan saya, besok pagi bawalah seluruh anggota keluargamu serta harta dan bahan makanan. Segeralah meninggalkan tempat ini. Jika tidak, akan terjadi bencana besar yang tidak ada seorangpun bisa hidup,..”
Setelah berkata demikian, orangtua gila itu meninggalkan desa tersebut.
Atas hal itu, orang yang menjamu orangtua gila itu, mengajak para saudara dan tetangganya, untuk pergi meninggalkan desa. Namun tak satu pun yang percaya. Bahkan ia pun dikatakan telah pula gila dibuatnya.
Keesokan harinya, keluarga ini membawa seluruh anggota keluarga beserta bekal makanan dan barang-barang yang bisa dibawa.
Benar saja, ketika mereka keluar dari desa itu, terjadi kebakaran besar. Asap hitam menutupi seluruh desa. Api berkobar sangat besar. Seluruh desa beserta isinya hangus terbakar.
Akhirnya keluarga itu berjalan ke sebelah barat, dan sampailah ke desa Suiji.
Mereka menetap di Suiji, melanjutkan hidup dan meneruskan mata pencaharian mereka dengan cara bertani. Turun-temurun mereka hidup di desa ini dengan aman.
Menurut cerita, marga Tang yang tinggal di desa Suiji, adalah keturunan dari keluarga yang terlepas dari bencana kebakaran tersebut.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KARENA JOKOWI BERSAMA PRABOWO
Presiden Republik Indonesia, adalah CeO dari sebuah ‘perusahaan’ atau ‘lembaga’ yang mengelola 270-an juta jiwa manusia. Salah urus dan sala...
-
Catatan Tambahan: Tulisan ini sebenarnya saya tulis serius karena diminta oleh sebuah blog di Yogyakarta, yang bertagline; “Sedik...
-
UMAR KAYAM, lahir di Ngawi, Jawa Timur, 30 April 1932 dan meninggal di Jakarta, 16 Maret 2002 pada umur 69 tahun, seorang sosiolog, novel...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar