Hanya di Indonesia terjadi dagelan paling
tragis. Membuat gerakan ‘2019 Ganti Presiden’, tapi tak jelas siapa calon presidennya.
Dalam kesimpulan pendek, hal tersebut bisa diartikan gerakan asal bukan Jokowi.
Ada apa dengan Jokowi?
Mardani Ali Sera dari PKS yang menggagas gerakan
itu, tentu akan segera membantah. Pasti akan disebut; Prabowo sebagai capres
mereka. Namun desakan PKS agar Gerindra segera menentukan Prabowo sebagai
capres, dan cawapresnya (harus) dari PKS dalam bulan ini juga, masih belum
terjawab.
Di mana persoalannya? Ada banyak faktor. Jika
partai Gerindra (baca: Prabowo) menuruti desakan PKS, untuk memposisikan salah satu dari 9
kader PKS sebagai cawapres Prabowo (nama-nama itu awalnya dipromosikan sebagai
capres dari PKS), bagaimana dengan partai lain yang mau bergabung dalam
pencapresan Prabowo? Maukah, misalnya PAN dan Demokrat, atau pun PBB bergabung,
merelakan cawapres Prabowo dari PKS? Bukan perkara mudah.
Ada beberapa masalah yang membelit. Jika
posisi cawapres untuk cari donatur, meminjam pertanyaan Prabowo; “Ente (PKS)
punya duit berapa?” PKS tidak punya duit. Tetapi di atas kertas, kader-kader
PKS lebih solid dan lebih pinter berpolitik di atas kertas. Dengan kelebihan
itu, dipraktikkan bagaimana mereka ‘merebut’ posisi sebagai tim pemenangan
Anies-Sandi dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Mardani Ali Sera akhirnya terpaksa
ditarik tak menjadi cagub atau cawagub DKI dalam koalisi PKS-Gerindra. PKS
mendapatkan posisi paling strategis dan menguntungkan, pemegang otoritas tim
pemenangan.
Makna tim pemenangan, ialah bisa mengelola
dana tak terbatas, dan tanpa perlu diaudit. Sesederhana itu? Bisa jadi tidak.
Tetapi, sangat bisa jadi memang sesederhana itu. Tak dapat kursinya, tetapi dapat
dana cash and carry. Pada posisi itu, PKS sebagai mitra setia menjadi tumpuan Gerindra,
partai politik yang hanya bertumpu pada Prabowo sorangan. Hasjim
Djojohadikusumo, yang bertanggungjawab soal donasi dan fundrising bagi Prabowo
dan Gerindra, tak sedang dalam posisi mudah. Apalagi, lebih acap tampak Prabowo
menjual diri terlalu murah, dan karenanya sering mengalami blunder, karena mudah marah dan baper hingga memaki-maki bahwa dirinya sudah kapok menjadi elite. Dirinya adalah elite yang sadar, sementara kebanyakan elite nasional kita goblog.
Dalam jualannya kepada pemerintah AS, bahwa
jika pemerintahan di bawah Gerindra, Hasjim Djojohadikusumo menjanjikan Indonesia
akan menjadi mitra AS yang paling bisa dipercaya (maksudnya, bisa ditekuk-lutut
oleh AS. Dan tidak mungkin Amien Rais dan Fadli Zon tidak mengetahui hal itu,
meski mereka selalu mengritik Jokowi antek asing, termasuk antek AS). Pada sisi
lain, Pemerintahan AS juga tidak dalam posisi pasti, karena situasi ekonomi
global, meskipun pemerintahan Jokowi dianggap kurang ramah pada AS.
Segala omongan Amien Rais, juga Fadli Zon dan
Prabowo, yang menuding pemerintahan Jokowi sebagai antek asing, harus dibaca
juga dalam teori ‘maling teriak maling’. Di situ lebih tampak, sosok seperti
Amien Rais, Fadli Zon, dan Prabowo (sebagaimana dikatakan secara terbuka oleh Hasjim
Djojohadikusumo) lebih pro AS. Mereka mencoba memutar-balik fakta, justeru
karena kebijakan politik pemerintahan Jokowi terlihat lebih berani, dan tidak
kompromistis terhadap pemerintah AS. Lihat misalnya dalam kasus Petral dan Freeport, dan proyek-proyek energi-pertambangan kita.
Ketidaktegasan Gerindra memutuskan pencapresan
Prabowo ‘dalam waktu dekat’, atau ‘bulan ini juga’ sebagaimana desakan PKS, menunjukkan
kegalauan Prabowo untuk maju atau tidak. Bukan sekedar soal kans kemenangan yang
tipis, melainkan juga darimana duit untuk mengongkosi kemenangannya? Benarkah
Prabowo masih mempunyai uang tak berbatas nomor seri? Darimana muasal sumber
keuangannya? Apa saja perusahaan yang pernah didirikan, dan bagaimana
kondisinya kini? Apakah gaji karyawan salah satu perusahaannya, yang tertunda beberapa tahun, sudah
dibayarkan?
Apalagi posisi Prabowo kini jauh lebih berat.
Bukan hanya berat karena bobot tubuhnya bertambah, sebagaimana kita bisa
melihat bentuk perutnya saat bertelanjang dada di depan publik beberapa waktu
lalu. Perutnya makin membuncit. Jika nyapres lagi, ia menjadi penantang incumben,
yang tentu berbeda dengan Pilpres 2014 dulu. Jokowi, bagaimana pun, sebagai
pertahana lebih powerfull. Sementara Prabowo, mantan elite militer yang
diberhentikan DKP dalam kasus penculikan 1998, makin terjepit posisinya.
Apalagi kemudian muncul kompetitor baru
seperti Gatot Nurmantyo dan Agus Harimurti Yudhoyono, yang mau tak mau akan
mempengaruhi konfigurasi irisan dukungan, juga pembiasan dukungan pada dirinya.
Prabowo mempunyai reputasi buruk, berkait sejarah keberadaannya yang belum
pernah membuktikan kepiawaian sebagai pejabat publik. Akan tampak makin
berkurang nilainya dibanding Gatot Nurmantyo yang dalam karir kemiliterannya
sampai ke puncak sebagai Panglima TNI.
Dalam dilema posisi itu, watak abadi dari
oposan, adalah membangun kebersamaan dengan kelompok oposan lainnya. Mereka
mempunyai musuh bersama bernama Jokowi. Para pihak yang tak suka dan atau
dirugikan Jokowi, akan mudah merekatkan diri dengan isu yang sama; Singkirkan
Jokowi. Apalagi jika pemerintahan Jokowi tak ramah terhadap mereka.
Kita lihat pengritik kebijakan presiden, di
parlemen didominasi dari Gerindra dan PKS. Apakah itu Fadli Zon, Ferry
Juliantono, Mardani Ali Sera, dan lain sebagainya. Itu pun kritik-kritik mereka,
jika dicermati, lebih pada persoalan teknis dan interpretatif, bukan sebuah
kritik yang substansial. Kesan yang muncul, adalah kritik asal, karena jika pun
ada data yang disampaikan sekedar data yang bias dalam teks dan konteks. Mardani Ali Sera sering hanya memanfaatkan ketidakvalidan, atau pembiasan, yang dengan sengaja atau tidak (karena kemampuan menulis wartawannya) dilakukan oleh
media.
Dari kalangan parpol, hanya Demokrat dan PAN
(mungkin juga PKB, jika Cak Imin tak diambil Jokowi sebagai cawapres di 2019),
yang punya kemungkinan berkoalisi dengan Gerindra (yang mau tak mau mengusung
Prabowo sebagai capres). Tapi jika posisi cawapres Prabowo dikunci harus kader
PKS, maukah Demokrat, PAN, dan lebih-lebih Cak Imin sebagai ketum PKB, dan
memberikan jalan kader PKS sebagai cawapres? Tidak mudah. Belum pula jika
Jokowi dalam putaran terakhir, melakukan manuver-manuver yang bisa membuat baik
PAN maupun Demokrat akan lebih mendukung Jokowi daripada Prabowo.
Politik masih sangat cair, tetapi Jokowi makin
kelihatan pintar dan teruji dalam melihat permasalahan. Bukan sebagai politikus
tradisional yang hanya mengandalkan mistifikasi dan glorifikasi. Jokowi adalah
politikus generasi baru, yang lebih memahami apa itu branding dan marketing,
sesuatu yang tak dipunyai Prabowo dan SBY, yang emotional quetions-nya lebih
rendah. Lihat bagaimana ketika Prabowo dan SBY baper, maka dihancurkanlah
citra-dirinya dengan sukarela. Dan disitu, rakyat makin bisa menilai kadar
kualitas pemimpin yang baperan.
Pada sisi lain, para oposan yang juga mesti
disebut seperti; Amien Rais sebagai pribadi (yang harus dipisahkan dengan PAN,
yang ketumnya pun dilematis menghadapi besannya itu), membuat irisan baru
dengan Habib Rizieq (representasi FPI), dan bahkan menggerilya kalangan muslim
untuk menyerang Jokowi. Kita bisa lihat dengan jelas, korelasinya dalam sikap
kelompok ini menghadapi aksi terorisme belakangan. Dalam bahasa sederhana,
terorisme yang terjadi disikapi dengan nada pembelaan (pada teroris) oleh
kelompok ini. Dan kelompok ini, menyatu dalam gerakan ‘2019 Ganti Presiden’.
Bahkan dari masyarakat yang pro pada kelompok ini, tak sedikit yang menuding terorisme
yang terjadi hanyalah kontra-isu untuk menenggelamkan tagar ‘2019
Ganti Presiden’.
DPR, lembaga yang berwenang membahas RUU
mengenai anti terorisme, lebih banyak bersilat lidah di media publik daripada
bekerja di gedung parlemen. Senyampang itu, di tengah caci maki pada
pemerintahan Jokowi, Fadli Zon menganggap wajar karena terlalu kecil program penaikkan
anggaran DPR sebesar Rp 5,7 trilyun. Parle? Parle lu peyang!
Reformasi 1998, hanya menyodorkan fakta paling
banal, yakni kehadiran Amien Rais yang makin tak jelas sejak dari 1998, sampai pun
pada kehadiran kembali Prabowo yang pada waktu itu sama bermasalahnya
dengan Amien Rais. Kini mereka bersatu, dan memiliki pendukung kelas menengah
atas. Para intelektual dan mantan aktivis, sekiranya mendukung, bisa jadi karena
merasa kepentingannya lebih aman bersama sesama kelas menengah seperti
Prabowo, daripada pemimpin proletar bernama Jokowi.
Dalam irisan itu pula, terdapat kelompok Islam
dalam garis yang berbeda dengan Islam tradisional dan Islam nasionalis, yang
lebih rileks dalam memandang Indonesia. Lebih bisa bertaniah pada Pancasila,
UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
Kesimpulan paling konyol, munculnya PKS, FPI,
HTI, FUI, 212, yang bisa dengan gampang menyatakan aksi terorisme adalah pengalihan
isu ‘2019 Ganti Presiden’, hanyalah sebuah siasat. Dan kendaraan yang paling
akomodatif untuk bersiasat, tentu dengan berharap Prabowo menjadi presiden.
Tapi, sekiranya Prabowo presiden, adakah jaminan kelompok ini akan diuntungkan,
dan konflik kepentingan (atas nama agama) selesai? Rasanya tidak.
Pada posisi ini, Indonesia terasa begitu
miskin dengan pemikiran yang objektif dan gagasan besar ke depan. Grand design
macam apa, mengenai prioritas bagi bangsa dan negara yang sudah 70 tahun
merdeka tapi tak mempunyai proyeksi? Konflik kita masih soal siapa berkuasa,
siapa kalah, siapa menang. Bukan bangsa gotong-royong sebagaimana diujarkan
Sukarno. Politik kenegaraan dan politik kebangsaan kita masih diserimpung kepentingan elite politik kita, yang menganggap rakyat tetap saja bodoh
dan bisa dibodohi.
Apa yang sedang terjadi di Indonesia? Contradictio
in terminis. Kita hanya melihat tembok-tembok, gapura-gapura, spanduk-spanduk,
acara televisi, sinetron, iklan; tampak begitu religius saat ini. Karena ini bulan ramadhan. Manusianya? Contradictio in Indonesia! Religiousitasnya tak bisa
memandang bening aksi terorisme sebagai kejahatan kemanusiaan, hanya karena teroris beratasnama agama, dan agama yang 'sama' pula. Dan
yang terpenting, menggerus wibawa pemerintahan
Jokowi.
Saya sangat bersyukur kepada Ibu Fraanca Smith karena telah memberi saya
BalasHapuspinjaman sebesar Rp900.000.000,00 saya telah berhutang selama
bertahun-tahun sehingga saya mencari pinjaman dengan sejarah kredit nol dan
saya telah ke banyak rumah keuangan untuk meminta bantuan namun semua
menolak saya karena rasio hutang saya yang tinggi dan sejarah kredit rendah
yang saya cari di internet dan tidak pernah menyerah saya membaca dan
belajar tentang Franca Smith di salah satu blog saya menghubungi franca
smith konsultan kredit via email:(francasmithloancompany@gmail.com) dengan
keyakinan bahwa pinjaman saya diberikan pada awal tahun ini tahun dan
harapan datang lagi, kemudian saya menyadari bahwa tidak semua perusahaan
pinjaman di blog benar-benar palsu karena semua hautang finansial saya
telah diselesaikan, sekarang saya memiliki nilai yang sangat besar dan
usaha bisnis yang patut ditiru, saya tidak dapat mempertahankan ini untuk
diri saya jadi saya harus memulai dengan membagikan kesaksian perubahan
hidup ini yang dapat Anda hubungi Ibu franca Smith via email:(
francasmithloancompany@gmail.com)
PENAWARAN PINJAMAN YANG MENDAFTAR BERLAKU SEKARANG.
BalasHapusPencari Pinjaman yang Terhormat,
Salam dari PERUSAHAAN PINJAMAN REBACCA.
Kami adalah Pemberi Pinjaman pinjaman bersertifikat yang menawarkan pinjaman kepada orang-orang yang membutuhkan pinjaman. Kami memberikan pinjaman untuk proyek, bisnis, pajak, Hutang, tagihan, dan banyak alasan lainnya. Kami beroperasi dengan tingkat bunga 2%. Masih ada banyak keuntungan dengan mendapatkan pinjaman dari perusahaan ini, jadi Apakah Anda memerlukan pinjaman? Apakah Anda berhutang? Apakah Anda ingin memulai bisnis dan membutuhkan modal? Apakah Anda memerlukan pinjaman atau dana untuk alasan apa pun? Bantuan Anda akhirnya ada di sini, karena kami memberikan pinjaman kepada semua orang dengan tingkat bunga yang lebih murah dan terjangkau hanya 2%, jika berminat silakan hubungi kami hari ini di: (rebaccaalmaloancompany@gmail.com) dan dapatkan pinjaman Anda hari ini.
kami memberikan yang berikut;
*Perbaikan rumah
* Pinjaman Inventor
* Kredit Mobil
* Pinjaman Konsolidasi Utang
* Jalur Kredit
* Pinjaman Kedua
* Pinjaman Bisnis
*Pinjaman pribadi
* Pinjaman Internasional.
Kami bersertifikat, dapat dipercaya, dapat diandalkan, efisien, Cepat dan dinamis. Jika Anda tertarik, silakan hubungi kami melalui WhatsApp Number +14052595662
Semoga berhasil,
PERUSAHAAN PINJAMAN REBACCA.