JOKOWI, dalam kaitan pencapresan 2019, sering
diposisikan anti Islam dan anti ulama. Bagaimana muncul tudingan itu, secara
ujug-ujug, mengingat hal itu tidak muncul dalam 10 tahun periode memimpin Solo
sebagai Walikota, dan dua tahun sebagai Gubernur Jakarta, dengan reputasi
bahkan diakui secara internasional?
Tudingan
itu lebih bersifat politis. Kita tahu, politik sering tak berkaitan dengan
logika. Cara-cara menghancurkan lawan tentu alurnya memakai logika, namun yang
dipakai sebagai alat, tak lagi berkorelasi atau bahkan anti logika. Tujuan
menghalalkan cara. Cara apapun.
Berkumpulnya
kelompok-kelompok yang berpandangan negara kilafah, yakni gabungan mereka yang
berfaham wahabisme dan radikalisme pada kubu lawan, tidak dengan sendirinya meyakinkan
atau memposisikan capres sebagai representasi Islam. Namun pemilihan capres itu,
hanya menjelaskan bahwa tak ada pilihan lain, ketika Pilpres 2019 lagi-lagi memunculkan
Jokowi sebagai kandidat yang kuat, dan memiliki peluang untuk memenangkannya
lagi.
Sementara
sosok Jokowi lebih mewakili kepentingan arus tengah, yakni nasionalisme
religius. Jokowi lebih condong pada Islam Washatiyah, yang lebih moderat
sebagaimana arus besar yang diwakili NU dan Muhammadiyah. Dengan dukungan
partai-partai nasionalis sekuler seperti PDI Perjuangan, Golkar dan Nasdem, dan nasionalis Islam seperti direpresentasikan oleh PPP dan PKB, Jokowi
dipandang kurang ramah pada mereka yang bermimpi tentang Piagam Jakarta (1945),
dan kaum fundamentalisme dan proxy Islamisme yang dikembangkan di beberapa
negara Timur Tengah.
Pada
sisi lain, kelompok Islam politik, Islam kilafah yang selalu bermimpi tentang
penegakan syariah Islam dalam praktik kenegaraan di Indonesia, adalah minoritas
yang memiliki masalah besar dalam konsolidasi kekuatannya. Tidak berada dalam
kepemimpinan yang jelas, dan tidak memiliki strategi kuat untuk membangun
konstruksi sosial sebagaimana mereka inginkan.
Maka
pada sisi itu, siapapun yang menjadi lawan Jokowi, dalam pencapresan, akan
menjadi alat tunggang politik yang dirasa tepat, atau setidaknya lebih
akomodatif. Apalagi, pada kenyataannya, Prabowo sudah beberapa kali maju
sebagai kandidat capres, dan selalu terkalahkan. Sejak dari Konvensi Golkar
2004 hingga Pilpres 2014 lalu.
Senyampang
itu, pemerintahan Jokowi yang dipandang bersih dari tautan masa lalu, tampak
tanpa kompromi membenahi negeri ini. Termasuk dalam membenahi
permasalahan-permasalahan dasar yang selama ini belum tersentuh pemerintahan
sebelumnya. Sebagaimana pengakuan Habibie, Jokowi dengan sangat tenang dan
cerdas, mengurai satu-per-satu permasalahan di negeri ini.
Berbagai
keputusan dan kebijaksanaan Jokowi, melahirkan banyak musuh. Terutama tentu pada
mereka yang dirugikan. Kemudian mereka bersatu padu di dalamnya, termasuk
Keluarga Cendana, yang agaknya akan terus bermasalah dengan Jokowi. Apalagi
ketika pemerintahan Jokowi terus mencoba mendudah luka lama dan harta-harta
yang ditilap dan disembunyikan para kroni Orde Baru.
***
JIKA kemudian Jokowi dengan berbagai cara dituding anti Islam dan ulama, dengan mengatakan keturunan komunis, bukan hanya antek melainkan Cina sekalian, Kristen dan lain sebagainya, hanyalah justeru karena tak ada alasan lain. Tak ada cacat yang ditemukan. Jika pun dikatakan cacat, karena Jokowi tidak merepresentasikan pandangan politik kelompok Islam kilafiyah atau yang fundamentalis itu.
Krisis
yang terjadi di dunia Islam, ialah ketidakmampuannya memberikan
kontribusi yang bertabrakan dengan tradisi. Konflik antara tradisi (masyarakat)
lokal dengan nilai-nilai Alquran, yang sebenarnya tereduksi dengan kompromi
nilai-nilai Pancasila dari sejak 1945, kembali muncul pada dekade 90-an,
berkait dengan konstelasi politik global. Berbagai konflik di Timur Tengah,
hingga saat ini, juga menjadi rujukan dalam memunculkan isu-isu konflik ke Indonesia.
Sementara itu, ajakan kembali pada Alquran,
sebagaimana dipaksakan para ‘reformis’ itu, mempunyai masalah dasar yang rumit.
Ialah bagaimana kenyataan penafsiran yang tidak bisa sepenuhnya berdasarkan
teks. Ada sisi historisitas di sana, yang bertentangan dengan aturan Alquran
itu seniri, yakni tentang asbabun nujum. Yakni dari sisi historis teks saat
teks itu dilahirkan.
Lahirnya kelompok fundamentalis, yang meyakini iman harus dipegang teguh secara penuh
dan harfiah, dan menganggap doktrin sebagai inti agama, ketimbang ritual (yang
tak bisa diubah-ubah), tak urung hal itu sering menimbulkan konflik dengan budaya
sekitar. Apalagi ketika berusaha menerapkan teks budaya generasi Islam awal,
untuk diterapkan pada masyarakat saat ini. Agama yang konon dinyatakan sebagai
berkah dan arhmat bagi semesta, justeru akan menjadi bencana.
Agama yang tak memandang realitas yang ada di
masyarakat, akan lebih banyak menuai pertentangan di masyarakat. Apalagi
masyarakat yang sudah mengalami transformasi sosial puluhan, ratusan, bahkan
ribuan tahun. Dan lebih-lebih dengan latar belakang budaya yang beragam seperti
Indonesia, yang berbeda secara diametral dengan dunia Arab.
Dalam pandangan Islam kontemporer Hassan Hanafi,
gejala salafiyah, seruan atas autentisitas yang mengajak kembali kepada yang
lama (dengan slogan “kembali kepada sumber”), meski dianggap baik, tetapi
dakwah ini berbahaya. Berbahaya bagi masa kini, dan sarat kesulitan dalam mempertautkan
dengan masa lalu.
Bahaya yang ditimbulkan pada masa kini, menurut
Hassan Hanafi, tercermin dalam isolasi totalnya dari masa kini. Ajakan
eskapistik itu tidak mendapatkan cara lain atau alternatifnya, selain dengan
mereproduksi nilai-nilai imanensi dalam ketidakberdayaan manusia. Maka sering
kita mendengar, bagaimana mengatasi masalah banjir dengan berdoa, karena itu
merupakan cobaan Allah. Bukannya bagaimana banjir (meski katakanlah cobaan
Allah) itu diatasi dengan cara bagaimana sungai diperlakukan dan gaya hidup
kita sendiri juga harus dikritik.
Pandangan eskapistik itu ialah dengan romantisme
ke masa lalu yang gemilang. Sesuatu yang kini sudah berubah dengan situasi
global, yang dituding-tuding hedonistik namun senyampang itu mereka sebenarnya
menikmati pula.
***
TETAPI kenapa
pandangan semacam ini kuat menggejala? Bahkan di Indonesia yang memiliki
tradisi berbeda dengan homogenisme di Timur Tengah? Tentu tak bisa dilepaskan
dari situasi politik global. Indonesia juga merupakan ‘tanah yang menjanjikan’,
yang bisa berubah posisi ketika mendapatkan pemimpin yang tepat.
Munculnya tudingan Jokowi tidak akrab dengan
Islam atau anti ulama, sebagaimana banyak didengungkan kelompok wahabisme, dengan
sebutan kriminalisasi ulama atau menggencet kalangan Islam; mereka itu dinilai oleh
Tuan Guru Bajang sebagai mengaku belum makan padahal sisa-sisa makanan masih
menempel di mulut.
Pragmatisme politik para elite negeri ini, di
masa lalu, cenderung membuat lemah dalam negosiasi politik-ekonominya dengan negara
luar. Ketika pola kepemimpinan berubah, menjadi lebih percaya diri dan
persisten untuk bangsa dan negara itu sendiri, hal itu tentu tidak menyenangkan
bagi mereka yang selama ini diuntungkan Indonesia. Berbagai isu yang muncul,
bersamaan dengan isu proxy war, sedikit menjelaskan mengenai hal itu, jika kita
kaitkan bagaimana duo AS, Amerika Serikat dan Arab Saudi (dan kekuatan luar
yang berpengaruh terhadap dua negara itu), mempunyai kepentingan besar terhadap
Indonesia Raya.
Kita mendengar bagaimana isu mengenai Jokowi
yang hendak didongkel kekuasaan dan kekuatannya oleh AS. Ingat, pola semacam
diterapkan pada Presiden Sukarno. Demikian juga senyampang itu isu yang
mengatakan Jokowi anti Islam dan ulama. Kedua hal itu berada dalam satu paket, hingga
munculnya proxy war negara-negara itu dan lainnya. Perang ekonomi global, tidak
pernah menunjukkan dasar-dasar kemanusiaannya, sebagaimana para Avengers
meyakini; bahwa Thanos memang musuh abadi kemanusiaan.
Menempatkan Jokowi sebagai musuh atau sasaran
proxy war, adalah sebuah kewajaran. Karena hal itu dianggap sebagai salah satu
cara memenangkan pertarungan. Apapun dan siapapun yang dipakai, sebagai
tunggangan untuk hal itu. Pada satu sisi, musuh-musuh Jokowi, atau yang
dirugikan, akan menjadi teman baik mereka. Karena, musuh dari musuh kita,
adalah kawan kita. Walau ketika musuh bersama lenyap, bisa berubah pula posisi
mereka.
Kesimpulan yang mengatakan bahwa dalam Pilpres
2019 menguat konflik agama, sesungguhnya bisa difokuskan pada pertarungan
antara Islam yang lebih moderat (washatiyah) dengan munculnya para penunggang
politik salafiyah atau mereka yang ingin menegakkan syariah Islam sebagai
tujuan politiknya. Sayangnya tidak islami dalam praktik penegakkannya dan
memperjuangkannya. Mereka menafsirkan seenak kepentingan mereka sendiri,
sekalipun sangat bertentangan dengan substansi ajaran Muhammad.
Bahkan atas dasar kesamaan-kesamaan itu, mereka bersepakat untuk membunuh Jokowi, dalam pengertian disingkirkan, agar kepentingan-kepentingan mereka tidak terhambat. Cara halus dan cara kasar bisa dipakai, apalagi jika kekuasaan adalah satu-satunya cara menyelamatkan diri mereka dari berbagai kesulitan yang bakal menghadang.
Bagi rakyat yang lebih percaya bagaimana perubahan yang dibawa Jokowi lebih memberi manfaat dan menjanjikan kebaikan serta kejayaan Indonesia, tentu tak ingin hal itu terjadi. Bagaimana cara memenangkan pertarungan ini,
untuk menyelamatkan Indonesia?
Cara yang tersedia untuk hal itu, mudah bagi
rakyat Indonesdia. Ialah memenangkan Jokowi dalam Pilpres 2019, pada saat
coblosan 17 April. Sangat sederhana sesungguhnya, jika kita sudi melihat hukum
sebab-akibat, kenapa begini kenapa begitu.
Kita tidak sedang memilih jagoan merebut
kekuasaan, demi kepentingan mereka. Kita memilih Jokowi karena dia adalah kita,
yang selama Orde Baru dikesampingkan.
Yogyakarta, 7 Februari 2019
Sunardian Wirodono.
Are you blacklisted? Struggling to get a personal loan? Has your application been DECLINED due to Low Credit Score? Over COMMITTED? Affordability? But you know you can afford this loan. Loans Approved in 4hours, you can email us at opploansLLC@gmail.com
BalasHapusNames:
Occupation:
Loan Amount Needed:
Loan Duration:
Your Country:
Mobile NO:
Purpose Of Loan:
Email Address:
monthly income:
Sex:
Age:
Opportunity Financial, LLC
Bonus Koin 55.000
BalasHapusDengan Total Deposit / Pindah Dana
============= BONUS RELOAD KETIGA DARI POKERAYAM ==================
|POKER | CEME | DOMINO99 | OMAHA | SUPER10
BONUS HARIAN YANG BERAGAM BISA DIDAPATKAN
MELAYANI SEMUA BANK DI INDONESIA
BANK NASIONAL + BANK DAERAH |
BBM : D8C0B757
WhastApp : 0812-2222-1680
Lnk : P0KERAYAM .CO
Nonton Bokep HD Jav
BalasHapusNonton Bokep HD Korea
Nonton Bokep HD Artis Indonesia
Nonton Bokep HD Indonesia
Nonton Bokep HD Pecah Perawan