Angkah adalah niat, dan
angkah DPR untuk membubarkan KPK tampak jelas. Beberapa orang DPR boleh
membantah, begitu juga sekjen parpol. Namun, ketika orang perorang dari
parlemen itu menyatakan secara terbuka, bahwa dengan temuan Pansus Angket KPK,
mereka ingin membekukan, menghentikan sementara, dan bahkan seorang pimpinan DPR
setuju dengan mengatakan KPK sebaiknya dibubarkan, tak bisa dilepaskan suara
mereka dengan lembaga yang melekat dalam kehadirannya di depan publik.
Selama ini, kita sering
mendengar istilah ‘oknum’. Apakah kehadiran pejabat publik di tengah
masyarakat, bisa dilepaskan dari lembaga yang membuatnya hadir di tengah
masyarakat? Jika bisa dilepaskan, buat apa kita membuat lembaga-lembaga secara
terpisah, dengan sistem dan mekanismenya yang kita sepakati bersama dengan yang
dinamakan undang-undang? Bukankah semua organisasi, lembaga, apalagi lembaga
negara, dibuat begitu rupa untuk tujuan-tujuan kemuliaan bersama?
Pejabat negara tak bisa
dilepaskan dari tugas dan kewajibannya, sebagai tanggung-jawab menjaga
performance lembaga tempatnya berada. Karena itu ada syarat dan ketentuan berlaku
seseorang masuk menjadi bagian dari lembaga itu. Hanya saja kita mungkin tak
pernah dididik untuk menjaga marwah, atau pun harga diri, kita sebagai bagian
integral yang menjadikan kita hadir dan berada.
Dengan kalimat
muter-muter itu, saya ingin menjelaskan lebih lugas. Amien Rais, misalnya,
dengan gamblang mengatakan Presiden Jokowi perlu dites DNA, supaya bisa dipastikan
keturunan apa. Cina? Bukan Islam? PKI? Atau? Bagaimana mau melepaskan Amien
Rais sebagai mantan ketua DPR-MPR, mantan professor (karena statusnya sudah
copot dengan sendirinya lantaran tak lagi mengajar dan berkarya ilmiah),
sebagai mantan ketua umum PP Muhammadiyah, mantan dosen, dan doktor ilmu
politik lulusan Amerika? Bagaimana semua reputasi itu dipisah dari isi pernyataan-pernyataannya?
Mau menyebut nama-nama
lain? Pimpinan DPR seperti Fadli Zon, Fahri Hamzah? Komisioner Komnas HAM, Natalius Pigai? Atau anggota DPR Masinton Pasaribu,
Henri Yosodiningrat? Pernyataan mereka berimplikasi ke masyarakat? Sudah pasti.
Pers atau media lebih memilih omongan mereka, daripada mbok bakul sinambi wara
di pasar desa. Omongan mereka juga berimplikasi pada citra lembaga
masing-masing.
Jika mereka ngomong
buruk, melawan kehendak baik majoritas rakyat, maka rakyat akan bereaksi. Jika
reaksi rakyat buruk, akan menjadi bumerang. Bukankah kolega atau orang satu
korps juga bereaksi, dengan mengatakan itu bukan sikap resmi lembaga? Artinya,
mereka sendri terkena dampak negative dan menolaknya bukan? Jika demikian,
mengapa tidak menjaga marwah lembaganya, dengan menjaga performance pribadi per
pribadi?
Itu pengantar agak
panjang untuk inti tulisan ini: Ketika KPK menangani kasus mega korupsi e-KTP,
yang melibatkan pimpinan DPR (Setya Novanto), dan juga beberapa anggota DPR,
beberapa anggota DPR bereaksi. Bisa jadi sebetulnya reaksi masing-masing
pribadi yang (mungkin) terkena. Namun kemudian dikapitalisasi, dengan memakai
alat-alat kelengkapan mereka, seperti pemakaian Hak Angket dan pembentukan
Pansus. Meski kita bertanya, bukankah Hak Angket lebih pada lembaga
kepresidenan sebagai mitra kerja DPR? Bagaimana kemudian ketika DPR menjadi
begitu reaktif, ingin menjadi penegak hukum dengan mengawasi semua lembaga
negara? Bagaimana sebenarnya sistem ketatanegaraan kita ini?
DPR tentu mempunyai kepentingan khusus dengan Pansus Angket KPK ini. Tetapi kebebasan mereka menyatakan pendapat, dengan dalih mereka punya hak imunitas, tak sebanding dengan kualitas kepolitikan mereka. Pernyataan-pernyataan verbal mereka, menunjukkan kepentingan-kepentingan mereka yang tendensius, dan sama sekali tak merepresentasikan kepentingan rakyat yang konon diwakilinya. Mereka gagal sebagai representasi rakyat, alias tidak representatif.
Keberangkatan Hak
Angket dan Pansus KPK, tak bisa dilepas dari perkembangan penyidikan e-KTP,
yang diindikasi bisa mematikan beberapa anggota DPR. Pansus bekerja secara
improvisasi. Bahkan sampai perlu menanya terhukum yang sudah nyata dinyatakan
salah oleh pengadilan kita. Informasi sepihak nara-sumber, mereka pakai untuk
menyerang balik KPK. Semua temuan masih sumir, tetapi hal itu terus diproduksi,
diamplifikasi, dikapitalisasi, untuk menyudutkan KPK, bahwa ada yang tak beres
di lembaga pemberantasan korupsi ini.
Sampai akhirnya, mereka
menemukan emas dalam karung, dengan memanfaatkan laporan Direktur Penyidik KPK,
Aris Budiman. Pansus KPK lebih peduli soal Aris Budiman ini, demikian juga
Polri, daripada mempersoalkan kasus penyerangan Novel Baswedan, sebagai
penyidik KPK yang akhirnya cacat mata. Boro-boro membela Novel Baswedan,
justeru penyidik yang baru menangani korupsi e-KTP itu jadi terlapor untuk
kasus pencemaran nama baik. Bayangkan, kasus korupsi yang menilep hampir separoh
dari anggaran negara, dihambat dengan kasus pencemaran nama baik.
Masing-masing pihak,
antara orang KPK dan DPR, terlibat bersikap reaktif. Tak bisa menjaga marwah
lembaga negara yang disandangnya. Yang terjadi kemudian sikap-sikap yang brutal
dan liar. Gagasan pembekuan maupun pembubaran KPK, hanyalah lanjutan dari ancaman
sebelumnya, soal pembekuan anggaran KPK.
Apakah sikap anti KPK, ide
pembekuan dan pembubaran itu datang dari lembaga DPR? Tentu tidak. Tetapi kita
bisa melihat, lembaga negara bernama DPR ini, dipakai beberapa pribadi yang
berseteru dan bermasalah dengan KPK. Mereka memakai segala cara, mengkapitalisasi
persoalan KPK, dan memakai lembaga DPR untuk memfasilitasi tujuan-tujuan mereka.
Sebelumnya sudah disebut, antara lain rekomendasi Pansus KPK adalah mengurangi
beberapa kewenangan KPK (antara lain soal penyadapan), dan pengawasan langsung
KPK dari DPR.
Nafsu itu makin tampak,
ketika secara konstitusi Pansus KPK tak bisa mengundang jajaran KPK, mereka
memanggil Agus Rahardjo (ketua KPK) namun dalam kapasitas sebagai mantan kepala
PPATK. Demikian juga ketika KPK menolak hadir dalam undangan Pansus KPK, mereka
menggunakan Komisi III DPR sebagai mitra KPK, untuk mengadakan rapat kerja.
Materi raker antara lain akan menanyakan kasus (konflik) internal KPK. Bagaimana
bisa membedakan Pansus KPK dengan Komisi III (yang semua anggota Pansus KPK
berasal dari sini), dengan lembaga DPR tempat mereka?
Mari, hitung-hitungan
untuk tahun 2019 kelak. Atau lihat dalam Pilkada Serentak 2018 mendatang.
Apakah rakyat masih bisa dikibuli politik, atau rakyat akhirnya bisa melihat,
bahwa perampok terbesar di negeri ini berasal dari parpol yang berada di
parlemen. Data pelaku korupsi di KPK, justeru yang tertinggi adalah triangle
swasta-birokrat pelaksana tugas di tingkat Dirjen ke bawah, dan anggota DPR
baik di tingkat nasional dan daerah. Di situ jelas, betapa DPR menjadi bagian
penting dari praktik-praktik korupsi, yang memang tak bisa dilakukan sendirian.
Setidaknya ada pihak ketiga, yakni para wakil rakyat di semua tingkatan.
Ketidakpatutan anggota
parlemen, ialah memakai lembaga negara untuk tujuan-tujuan pribadi, meski memakai
dalih kepentingan negara. Sungguh tindakan tidak bermoral. Dalam istilah Dr,
Mochtar Pabotingi, sama dengan tindakan para bajingan. Di situ mestinya
pertanyaan bisa disampaikan pada ketua umum parpol, yang menjadi asal-muasal dan
asbab-musabab orang-orang ini: apa maksud dan tujuan mendirikan partai? Merampok
negara demi tujuan-tujuan pribadi semata?
Selama DPR hanya
dipakai sebagai sarang praktik korupsi di negeri ini, selama itu pula Indonesia
akan tetap blangsak. Korupsi adalah musuh utama negeri ini, tetapi dengan sikap
politik dan hukum para bajingan parlemen, yang angkahnya memperlemah (dengan
gertakan pembubaran) KPK, DPR adalah
lembaga negara yang tak ada gunanya sama sekali.
Dan lebih layak dibubarkan.
Selamat Datang Di Website Togel Jitu Terbaik Yang Membahas Tentang Togel Singapura Dan Togel Hongkong,Dimana Anda Bisa Mendapatkan Angka BOCORAN TOGEL SINGAPURA & HONGKONG DLL.Mbah Akan Terus Update Masalah Pengeluran Togel Yang Mbah Peruntukkan Untuk Yang 100% Mempercayai Kinerja Kami.. Bagi Anda Yang Sudah Bosan Dengan Kekalahan Pasang Togel..Anda Tidak Perlu Merasa Gelisah Sekarang Karena Anda Sudah Berada Di ZONA Yang Benar Yaitu Sudah Mengunjungi Website Kami.Prediksi Mbah Bukan Untuk Mencari Keuntungan Semata Melainkan Hanya Menjaga Kesetiaan. Bagi Anda Mengunjungi Room Bocoran Togel Singapura Agar Nama Kami Bisa Di Percaya Sebagai Admin Prediksi Togel Jitu Terbaik Update.Karena Motto Kami Hanyalah ANDA PUAS KAMI SENANG Karena Hanya Kepercayaan Anda Kepada Kami Itu Adalah Modal Kami Untuk Terus Bekerja Keras Untuk Mendapatkan Apa Yang Anda Idam–Idamkan Selama Ini , Dan Kami Tahu Permasalahan Anda Dalam Memburu / Mendapatkan Angka Yang Benar–benar 100% Jitu Dan Akurat Dan Tembus 100%.Tidak Ada Kata Kata Yang Bisa Kami Sampaikan Kepada Anda,Kecuali Dari Keyakinan Anda Semua,Berpeganglah Pada Prinsif Hati Kecil Anda Untuk Setiap Langkah Yang Anda Ambil. Kami Hanyalah Bersifat Membantu Anda Sekalian Yang Sudah Lama Mendambakan Untuk Mendapatkan Angka–Angka Yang Anda Inginkan.Bocoran Togel,MBAH Hanyalah Sebagai Perantara Saja,Semua Itu Tergantung Dari Keyakinan Anda Semua.Karena Hanya Dengan Keyakinan Yang Kuat Anda Akan Mendapatkan Apa Yang Selama Ini Menjadi Keinginan Anda.Ingat..!!! MBAH Hanyalah Sebagai Perantara,Yang bisa Membantu Anda Semua...Hubungi Eyang Guru Mbah Agus Darma HP; 0823-8738-4409.Jangan Putus Asa,Selama Mentari Masih Bersinar Masih Ada Harapan Di Hari Esok.Solusi Terbaik Merubah Nasib Anda.
BalasHapusBonus Koin 55.000
BalasHapusDengan Total Deposit / Pindah Dana
============= BONUS RELOAD KETIGA DARI POKERAYAM ==================
|POKER | CEME | DOMINO99 | OMAHA | SUPER10
BONUS HARIAN YANG BERAGAM BISA DIDAPATKAN
MELAYANI SEMUA BANK DI INDONESIA
BANK NASIONAL + BANK DAERAH |
BBM : D8C0B757
WhastApp : 0812-2222-1680
Lnk : P0KERAYAM .CO