Betapa tidak mudahnya menjadi
Aburizal Bakrie, tetapi tentu betapa jauh lebih tidak mudahnya menjadi
Idrus Marham, menjadi Aziz Syamsuddin, menjadi Rizal Mallarangeng, yang
harus membela boss mereka. Dan semakin betapa tidak mudahnya menjadi
isteri bakal calon presiden.
Katakanlah soal perjalanan Maladewa itu hoax, kampanye hitam, pembunuhan karakter, katakanlah semua tuduhan miring terhadap Ical itu fitnah, tetapi kita semuanya tahu peristiwa itu nyata dan sudah diakui oleh Ical sendiri, sudah diketahui oleh isteri dan anak-anak Ical. Bahwa ada perjalanan ke Maladewa dengan pesawat jet pribadi, mengangkut Aburizal Bakrie, Aziz Syamsudin, Marcella dan Olivia Zalianty. Titik. Kita berfokus di situ.
Tulisan ini hanya hendak berangkat dari fakta kejadian itu. Tidak mau berasumsi apakah itu perjalanan pacaran, travelling sex dan sejensinya. Demikian juga tulisan ini tak hendak menyanggah apakah benar omongan Ical bahwa itu untuk menunjukkan pada Marcella dan Olivia tentang potensi Indonesia, bahwa kalau Maladewa bisa kenapa Indonesia tak bisa. Tidak. Pendidikan nasionalisme ARB pasti mulia, menunjukkan cintanya yang luar biasa pada tanah air.
Tapi saya hanya ingin tertawa saja, ketika kampanye Golkar di Semarang hari ini, dan foto bersama keluarga ARB yang semuanya membawa boneka beruang, dan bagi-bagi boneka beruang. Apa hubungannya politik Orde Baru Soeharto dengan boneka beruang? Tentu saja tak perlu ada. Dan tak perlu diada-adakan. Cool aja Ical!
Tapi cara melawan isyu-isyu murahan (begitu pihak Golkar menuding bloopers soal perjalanan Maladewa itu), dengan cara-cara yang tak kalah murahannya, menjadi aneh. Keanehan dalam politik, itu soal kepekaan nurani membacanya.
Mengutip Charles de Gaulle, Presiden Perancis pertama, "Politikus tidak pernah percaya akan ucapan mereka sendiri, karena itulah mereka sangat terkejut bila rakyat mempercayainya". Bodohnya kita yang percaya. Sekali pun, politik itu mahal, seperti kata pelawak Will Rogers. "Bahkan untuk kalahpun kita harus mengeluarkan banyak uang," ujarnya.
Dan bisa jadi itulah yang akan terjadi. Dan betapa tidak mudahnya menjadi Aburizal Bakrie, tetapi tentu betapa jauh lebih tidak mudahnya menjadi Idrus Marham, menjadi Aziz Syamsuddin, menjadi Rizal Mallarangeng, yang harus membela boss mereka. Dan semakin betapa tidak mudahnya menjadi isteri bakal calon presiden.
Katakanlah soal perjalanan Maladewa itu hoax, kampanye hitam, pembunuhan karakter, katakanlah semua tuduhan miring terhadap Ical itu fitnah, tetapi kita semuanya tahu peristiwa itu nyata dan sudah diakui oleh Ical sendiri, sudah diketahui oleh isteri dan anak-anak Ical. Bahwa ada perjalanan ke Maladewa dengan pesawat jet pribadi, mengangkut Aburizal Bakrie, Aziz Syamsudin, Marcella dan Olivia Zalianty. Titik. Kita berfokus di situ.
Tulisan ini hanya hendak berangkat dari fakta kejadian itu. Tidak mau berasumsi apakah itu perjalanan pacaran, travelling sex dan sejensinya. Demikian juga tulisan ini tak hendak menyanggah apakah benar omongan Ical bahwa itu untuk menunjukkan pada Marcella dan Olivia tentang potensi Indonesia, bahwa kalau Maladewa bisa kenapa Indonesia tak bisa. Tidak. Pendidikan nasionalisme ARB pasti mulia, menunjukkan cintanya yang luar biasa pada tanah air.
Tapi saya hanya ingin tertawa saja, ketika kampanye Golkar di Semarang hari ini, dan foto bersama keluarga ARB yang semuanya membawa boneka beruang, dan bagi-bagi boneka beruang. Apa hubungannya politik Orde Baru Soeharto dengan boneka beruang? Tentu saja tak perlu ada. Dan tak perlu diada-adakan. Cool aja Ical!
Tapi cara melawan isyu-isyu murahan (begitu pihak Golkar menuding bloopers soal perjalanan Maladewa itu), dengan cara-cara yang tak kalah murahannya, menjadi aneh. Keanehan dalam politik, itu soal kepekaan nurani membacanya.
Mengutip Charles de Gaulle, Presiden Perancis pertama, "Politikus tidak pernah percaya akan ucapan mereka sendiri, karena itulah mereka sangat terkejut bila rakyat mempercayainya". Bodohnya kita yang percaya. Sekali pun, politik itu mahal, seperti kata pelawak Will Rogers. "Bahkan untuk kalahpun kita harus mengeluarkan banyak uang," ujarnya.
Dan bisa jadi itulah yang akan terjadi. Dan betapa tidak mudahnya menjadi Aburizal Bakrie, tetapi tentu betapa jauh lebih tidak mudahnya menjadi Idrus Marham, menjadi Aziz Syamsuddin, menjadi Rizal Mallarangeng, yang harus membela boss mereka. Dan semakin betapa tidak mudahnya menjadi isteri bakal calon presiden.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar