Melihat dua mata Jokowi yang mbendul,
wajahnya yang capek, ketika muncul di vlognya ngomongin bagaimana selama
17 tahun ia minum jamu empon-empon, saya hanya bisa menggumam; Kasihan
orang baik ini.
Untuk ngomong "minumlah jamu tradisional agar mampu melawan virus corona", Jokowi masih saja rendah hati. Tak mau cablaka, terus-terang, terang terus. Apakah dia berada di tempat yang salah?
Entahlah, saya tak tahu mau tuhan. Tapi kalau bener vox populi vox dei, artinya si dei menghendaki dia jadi presiden. Bahwa ada kurang dari separoh tak menginginkan, mereka mesti nerima aturan demokrasi. Tidak leda-lede, kalah tapi kasak-kusuk terus. Mbok Sabar, apa Mbok Berek, kayak ayam goreng itu lho, enak!
Untuk ngomong "minumlah jamu tradisional agar mampu melawan virus corona", Jokowi masih saja rendah hati. Tak mau cablaka, terus-terang, terang terus. Apakah dia berada di tempat yang salah?
Entahlah, saya tak tahu mau tuhan. Tapi kalau bener vox populi vox dei, artinya si dei menghendaki dia jadi presiden. Bahwa ada kurang dari separoh tak menginginkan, mereka mesti nerima aturan demokrasi. Tidak leda-lede, kalah tapi kasak-kusuk terus. Mbok Sabar, apa Mbok Berek, kayak ayam goreng itu lho, enak!
Jaman kerajaan dulu, lebih mudah. Nggak nerima raja baru lalu berontak.
Siapa mati siapa digdaya, hukumnya jelas. Jaman sekarang, nentang raja
tapi nantangnya di media. Ngejelekin negeri sendiri tapi motivasinya
menjatuhkan pemerintahan. Dan dianya yang menggantikan. Makanya ogah
disuruh pindah. Beda kalau ngusir orang, semena-mena.
Bukan kritik tapi gertak sambal, sambil nyuri dan nyari perhatian. Sibuk akrobat kata-kata belaka. Bukan hanya karena tak ada solusi diberikan, kritiknya sendiri sangat sumir. Menunjukkan bukan atas pemikiran kritis tapi krisis pemikiran. Dari cara penyampaiannya saja, kelihatan nir-adab dan nir-akhlak sebagai tanda tak mampu.
Yang paling dahsyat, para oposan Jokowi justeru memanfaatkan isu virus Corona. Dalam proxy war abad ini, mereka ini bener-bener bodohnya bodoh. Hingga hilang akal dan rasa kemanusiaan.
Apakah kita ngerti soal Corona ini, sesungguhnya? Pemberitaannya gencar banget, terutama dari luar negeri. Menjadi momok mengerikan. Dan celakanya, kita nikmati info-info itu pas musim hujan sambung-menyambung. Pergosipan jadi menggila sambil kemulan dan kelonan.
Sebenarnya apapun virusnya (apalagi jika hal itu buatan manusia), pasti sesuatu yang bisa diantisipasi. Apalagi untuk negeri tropis seperti Indonesia. Belum pula kadar kesadaran akan kesehatan yang rendah, diam-diam membangun sistem metabolisme dan imunitas (daya tahan tubuh) yang lebih dahsyat, kuat, dibanding bangsa-bangsa kulit terang.
Tapi kalau kadrun nggak percaya Jokowi, mongsok mereka tidak percaya info dari negara-negara besar, yang konon kafir dan lagi collaps ekonominya itu? Mereka bilang Indonesia tak punya kapasitas dalam menangani virus Corona, kan itu kalimat sexy banget sebagai tagline mendelegitimasi pemeritahan? Dan pembicaraan yang mestinya ilmiah jadi klenik. Tapi begitulah politik, termasuk politik perang dagang. Tak sedikit teman kita yang sukarela, tanpa sadar, jadi agen.
Hukum alamnya; Manusia yang sehat mempunyai daya imunitas tinggi. Dengan itu, ia bisa kalis dari berbagai serangan virus. Bagaimana cara sehat dan kuat jasmani? Pertanyaan bodoh nggak perlu dijawab.
Sama seperti virus bernama hoax. Hanya memakan yang lemah pikir, lemah iman, dan lemah syahwat, tapi ngacengan.
Bukan kritik tapi gertak sambal, sambil nyuri dan nyari perhatian. Sibuk akrobat kata-kata belaka. Bukan hanya karena tak ada solusi diberikan, kritiknya sendiri sangat sumir. Menunjukkan bukan atas pemikiran kritis tapi krisis pemikiran. Dari cara penyampaiannya saja, kelihatan nir-adab dan nir-akhlak sebagai tanda tak mampu.
Yang paling dahsyat, para oposan Jokowi justeru memanfaatkan isu virus Corona. Dalam proxy war abad ini, mereka ini bener-bener bodohnya bodoh. Hingga hilang akal dan rasa kemanusiaan.
Apakah kita ngerti soal Corona ini, sesungguhnya? Pemberitaannya gencar banget, terutama dari luar negeri. Menjadi momok mengerikan. Dan celakanya, kita nikmati info-info itu pas musim hujan sambung-menyambung. Pergosipan jadi menggila sambil kemulan dan kelonan.
Sebenarnya apapun virusnya (apalagi jika hal itu buatan manusia), pasti sesuatu yang bisa diantisipasi. Apalagi untuk negeri tropis seperti Indonesia. Belum pula kadar kesadaran akan kesehatan yang rendah, diam-diam membangun sistem metabolisme dan imunitas (daya tahan tubuh) yang lebih dahsyat, kuat, dibanding bangsa-bangsa kulit terang.
Tapi kalau kadrun nggak percaya Jokowi, mongsok mereka tidak percaya info dari negara-negara besar, yang konon kafir dan lagi collaps ekonominya itu? Mereka bilang Indonesia tak punya kapasitas dalam menangani virus Corona, kan itu kalimat sexy banget sebagai tagline mendelegitimasi pemeritahan? Dan pembicaraan yang mestinya ilmiah jadi klenik. Tapi begitulah politik, termasuk politik perang dagang. Tak sedikit teman kita yang sukarela, tanpa sadar, jadi agen.
Hukum alamnya; Manusia yang sehat mempunyai daya imunitas tinggi. Dengan itu, ia bisa kalis dari berbagai serangan virus. Bagaimana cara sehat dan kuat jasmani? Pertanyaan bodoh nggak perlu dijawab.
Sama seperti virus bernama hoax. Hanya memakan yang lemah pikir, lemah iman, dan lemah syahwat, tapi ngacengan.
Numpang promo ya gan
BalasHapuskami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*