PR
yang korup, ketua umum parpol yang korup, dan apalagi presiden yang
korup. Semuanya jelas. Jika kita menulis kemarahan, kejengkelan kita
atas pelanggaran tugas-tugas kemuliaan mereka, adalah wajar dan tak
perlu menunggu kita kenalan dulu dengan mereka satu-per-satu dalam
daftar teman kita di fesbuk. Karena yang kita bicarakan di sini adalah
tentang masalah publik, di ranah publik. Resistensi dan resonansi publik
itu jauh lebih penting, agar juga semangat untuk menyelamatkan KPK,
menyelamatkan Polri dari kejahatan korupsi, bisa termanifestasikan.
Bahwa kita rakyat kecil, rakyat miskin, dan kecil, dan bodoh, dan belum
tentu bisa mengurusi persoalan hidup kita sehari-hari yang ruwet dan tak
kalah heboh, bukan alasan untuk saling menghalangi suara hati nurani
kita melihat apa yang terjadi dalam konflik antara KPK versus
Kepolisian, KPK versus legislator, dan tentunya KPK versus Koruptor yang
tentu senang dengan apa yang terjadi semalam. Barisan koruptor dan
simpatisannya, tentu bergembira mengenai konflik itu, karena "Komisi
Pemberantasan Korupsi" bisa mereka ubah menjadi "Komisi Pemberantasan
KPK". Para koruptor juga tentu senang, jika di antara rakyat bisa
berkonflik dalam wacana (dengan mengatakan "nggak usah ikut-ikutan
urusan orang gede", "hidup kita tetap saja susah", "nggak usah
marah-marah di fesbuk atau twitter buang-buang energi"), untuk mereduksi
sikap kritis masyarakat atas kejahatan kemanusiaan bernama korupsi itu.
Save KPK, Save Kepolisian dari Korupsi, Save Indonesia!
Sabtu, Oktober 06, 2012
Save KPK! Save Kepolisian dari Koruptor. Save Indonesia
Apa yang terjadi di gedung KPK semalam
(5-6/10/2012), adalah sebuah drama politik hukum kita yang menyedihkan.
Kita semua, warga masyarakat sipil pembayar pajak di sebuah negara
demokrasi, tentu membutuhkan polisi, sebagai aparat hukum. Namun, karena
itulah pula, kita tidak membutuhkan polisi yang korup, sama tidak
butuhnya kita akan anggota legislatif yang korup, pimpinan D
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KARENA JOKOWI BERSAMA PRABOWO
Presiden Republik Indonesia, adalah CeO dari sebuah ‘perusahaan’ atau ‘lembaga’ yang mengelola 270-an juta jiwa manusia. Salah urus dan sala...
-
Catatan Tambahan: Tulisan ini sebenarnya saya tulis serius karena diminta oleh sebuah blog di Yogyakarta, yang bertagline; “Sedik...
-
UMAR KAYAM, lahir di Ngawi, Jawa Timur, 30 April 1932 dan meninggal di Jakarta, 16 Maret 2002 pada umur 69 tahun, seorang sosiolog, novel...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar