Banyak perempuan pejuang di Indonesia ini, tapi mengapa tanggal 21 April Indonesia selalu heboh dengan Kartini? Seolah Dewi Sartika, Tjut Nja' Dhien, Tjut Meutia, Malahajati, dan lain-lainnya tak ada? Tentu saja wajar dan biasa saja, karena 21 April adalah hari lahir Kartini. Sama seperti misalnya 25 Desember orang memperingati kelahiran Yesus, atau setiap bulan Maulud memperingati hari lahir Kanjeng Nabi Muhammad shallalahu alaihi wassallam, atau 1 Juni sebagai hari lahir Pancasila, 4 Maret sebagai hari SW.
Bagi saya pribadi, mengenang Kartini teramat sangat asyik, karena beliau meninggalkan pemikiran secara tertulis (meski bentuknya adalah surat-surat pribadi). Dari sana, ia meninggalkan dokumen otentik, yakni pemikiran-pemikirannya (meski khas terjadi di Indonesia, ada yang mempersoalkan bahwa ia di-instal oleh Snouck Hougronje dan bahkan oleh Konspirasi Yahudi).
Kalau toh ada yang mau mencoret nama Kartini sebagai pahlawan (mestinya 'pahlawati' dalam istilah Bung Karno) Indonesia, bagi saya tidak penting. Itu tidak akan pernah bisa menghapus pikiran-pikirannya yang telah ditulis dan hingga kini tetap aktual bisa dibaca. Hasil tulisan itu disetting atau tidak, dan lepas dari berbagai sinisme, "Door Duisternis Tot Licht" pada faktanya telah menginspirasi banyak anak bangsa. Terima kasih Kartini, yang telah menulis pemikirannya!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
KARENA JOKOWI BERSAMA PRABOWO
Presiden Republik Indonesia, adalah CeO dari sebuah ‘perusahaan’ atau ‘lembaga’ yang mengelola 270-an juta jiwa manusia. Salah urus dan sala...
-
Catatan Tambahan: Tulisan ini sebenarnya saya tulis serius karena diminta oleh sebuah blog di Yogyakarta, yang bertagline; “Sedik...
-
UMAR KAYAM, lahir di Ngawi, Jawa Timur, 30 April 1932 dan meninggal di Jakarta, 16 Maret 2002 pada umur 69 tahun, seorang sosiolog, novel...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar