Sabtu, November 28, 2015

Siti, Kemenangan Kesederhanaan

Jika engkau adalah perempuan, seorang isteri, telah berjuang membantu atau bahkan membebaskan suami dari belenggu kesulitan, dan suamimu yang lumpuh mengiyakan saja igauanmu untuk pergi meninggalkan kebosanan, karena ada godaan indah di luar sana; apa yang engkau lakukan?

Pertanyaan itu menyergap-nyergap saya semalam, sehabis menonton film 'Siti' skenario dan sutradara Eddie Cahyono (yang diputar anak-anak Unstrat-UNY Karangmalang, Yogyakarta, 27/11). Poin itu sangat eksistensialis, ideologis, dan paradoksal, tetapi justeru itu tidak dieksplore.

Tetapi setidaknya, kepenasaran saya atas kemenangan 'Siti' sebagai film terbaik FFI 2015 terjawab sudah. Pantas saja film ini menang, di samping karena FFI memang selalu penuh kejutan, tetapi juga panitia dan juri film Indonesia selalu mudah tergoda dengan yang 'lain' dan 'agak' baru. Padahal kalau FFI tidak sangat cosmopolitan dan turistik pandangannya, film model 'Siti' sesungguhnya banyak digarap anak muda Indonesia. Fourcolours Films beruntung karena Isa Isfansyah produsernya, berada dalam momentum yang kita semua tak boleh cemburu.

Film hitam-putih dengan gaya realisme-sosialis ini menceritakan tokoh Siti, yang punya suami lumpuh karena kecelakaan waktu melaut. Berjualan jingking untuk menghidupi keluarga, suami yang lumpuh dan seorang anaknya yang butuh biaya sekolah, tidaklah cukup. Apalagi dalam desakan utang yang diultimatum harus dilunasi dalam tiga hari. Godaan untuk kembali ke kehidupan malam, bekerja sebagai pemandu karaoke, apalagi ada Gatot, the other man yang gagah, seolah mengundang katup pelepas.

Tetapi benarkah Siti seremeh itu, berselingkuh dengan Gatot yang reserse, gegara suami (yang cuma nelayan) lumpuh? Bukankah ancaman rentenir telah berhasil ia jawab, dengan mendapatkan uang untuk melunasi utangnya? Bukankah Siti berhak marah, meledak, ketika suaminya adalah stereotype masyarakatnya, yang tak bisa membedakan pengorbanan dan pelacuran? Bukankah Siti butuh cinta, perhatian, dan perlindungan dari lelakinya? Sayangnya, Siti harus ‘menjelaskan’ pada anaknya, juga pada ibu mertuanya, dan klimaks itu jadi tak punya energy lagi.

Dan menjadi banyak pertanyaan, ketika Siti malam-malam sendiri, pergi menuju laut. Mau bunuh diri? Mandi malam, atau mau ketemu Nyai Ratu Kidul? Tidak penting, karena laut adalah misteri. Dan film ini menyisakan banyak pertanyaan. Termasuk pertanyaan berbagai aspek sinematografisnya.

Tetapi bagaimana pun, film Siti telah menyodorkan pendekatan berbeda dari mainstreaming film Indonesia. Jika ini menarik di forum-forum internasional, justeru karena nilai yang hendak dibawakannya, yang bisa mengabaikan unsur-unsur teknis. Ini penghargaan atas keberanian Isa Isfansyah dan kawan-kawan dalam mempercayai Eddi Cahyono menelorkan 'Siti'. Mereka telah menjadi fenomena, ketika produksi non-Jakarta, di luar mainstream, menjadi film terbaik FFI. Betapapun.

Kemenangan "Siti" sebagai film terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2015 sungguh menarik. Film ini setidaknya menyabet penulis skenario aseli (Eddie Cahyono) dan penata musik (Krisna Purna) terbaik, dua dari tiga nominasinya termasuk film terbaik.

Sementara, Guru Bangsa Tjokroaminoto yang disutradarai Garin Nugroho dan mendominasi unggulan, tersingkirkan meski menang di pengarah sinematografi, artistik dan penata kostum (Retno Ratih Damayanti). Meski Garin marah-marah tak dinominasikan dalam FFI kali ini, "mungkin saya tidur,..." twitnya.

Jika menurut juri sebagai dasar penilaian, kali ini tak ada film yang benar-benar mencengkam dengan mengumpulkan unggulan skenario, penyutradaraan, sinematografi, editing, dan pemeranan dalam satu film.

Hasil penjurian itu, sesungguhnya juga menyiratkan, bahwa kekuatan semua lini sebuah film tidak merata. Bisa diduga hal itu terkait dengan disain produksi ketika sebuah film dirancang. Film terbaik di Indonesia, sering lebih terbangun karena faktor-faktor non-film. Jika bukan karena tema, teknik pendekatan, atau pun unsur kebaruan pada hal-hal yang hendak diarahkan juri (atau panitia festival) ke mana film Indonesia sebaiknya dituju.

Sebelum bertarung di FFI, Siti telah melanglang ke berbagai festival internasional, di Italia, Amerika Utara, dan Belanda. Mendapatkan penghargaan Best Performance di Singapore International Film Festival (2014), Best Scripting di Shanghai International Film Festival ke-18 (2015), film Panjang Terbaik di Apresiasi Film Indonesia (2015).

Panitia FFI tahun ini menyebut 'Film dan Teater' dengan memakai ikon Teguh Karya. Sebagai wacana merupakan terobosan menarik, meski butuh penjabaran serius. Apa itu film, apa itu teater, dan mau ke mana seni film kita?

Film dan teater di Indonesia tampanya lahir dari satu rahim, namun betapa jarang kita dapati kemajuan dunia pemeranan kita. Lahirnya aktor lebih sering dikatrol skenario dan penyutradaraan, daripada inner-acting pemeranan. Artis datang dan pergi tanpa kesan. Mencengangkan sebagai new-comer, tapi hilang kemudian.

FFI jadi selalu terkesan lebih politis, dibandingkan FFB (Festival Film Bandung) yang melihat film sebagai film. Hal itu lebih menyiratkan kegelisahan orang film itu sendiri, yang belum selesai dengan problem internalnya. Antara seni dan industri.

Namun keberanian memenangkan Siti, semoga membuat industri film kita lebih toleran dan memberi ruang pada kreativitas sineas. Bukan hanya menempatkan insan film sebagai buruh mesin duit belaka. Kreativitas dan pencapaian, hal yang sering tak berharga dalam dunia film kita.

FFI sendiri selalu berubah-ubah arah, tergantung panitia dan jurinya. Tak ada arah pasti, kecuali proyeksi sebagai langkah antisipasi perkembangan situasi dan jaman. Dengan ideologi pragmatis itu, dunia film Indonesia tampak adaptif, fleksibel, tapi 'mudah terpengaruh' alias labil.

Sebagai penonton, saya terkesan dialog-dialog antara Siti dan anak lelaki tunggalnya. Belum sangat sublim, tetapi Eddie potensial untuk menggali nilai-nilai paradoks dalam kehidupan, sebuah syarat film realisme-sosial, meski fatalitas dalam ending film ini terasa mengganggu.

Tak ada adegan seronok sesungguhnya, dalam mainstream film Indonesia. Kalau yang porno dan tidak nyambung, banyak. Namun adegan ciuman bibir yang lama dan penuh nafsu dari Siti dan Gatot, sungguh berani, tanpa sensor dan tedeng aling-aling. Juga adegan buka baju Siti di depan cermin, yang berhasil tidak (dan juga tidak dalam rangka) memunculkan sensualitas.

Untung pemeran Siti bukanlah Luna Maya, atau Jupe misalnya, karena memang tak ada bintang di sini, pemain lokalan semua (!). Namun akting Sekar Sari (sebagai Siti), untuk aktris terbaik sebenarnya lebih siap, dibanding permainan Tara Basro dalam A Copy of My Mind.


1 komentar:

  1. kami sekeluarga tak lupa mengucapkan puji syukur kepada ALLAH S,W,T
    dan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor togel.nya yang AKI
    berikan 4 angka 3909 alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus AKI.
    dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
    ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu AKI. insya
    allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
    kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
    sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka main togel
    yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi AKI SOLEH,,di no (((082-313-336-747)))
    insya allah anda bisa seperti saya…menang togel 275
    juta, wassalam.


    dijamin 100% jebol saya sudah buktikan...sendiri....







    Apakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!


    1"Dikejar-kejar hutang

    2"Selaluh kalah dalam bermain togel

    3"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi togel


    4"Anda udah kemana-mana tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat


    5"Udah banyak Dukun togel yang kamu tempati minta angka jitunya
    tapi tidak ada satupun yang berhasil..







    Solusi yang tepat jangan anda putus asah....AKI SOLEH akan membantu
    anda semua dengan Angka ritual/GHOIB:
    butuh angka togel 2D 3D 4D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin
    100% jebol
    Apabila ada waktu
    silahkan Hub: AKI SOLEH DI NO: (((082-313-336-747)))






    KLIK DISINI BOCORAN TOGEL HARI INI




    angka GHOIB: singapur 2D/3D/4D/



    angka GHOIB: hongkong 2D/3D/4D/



    angka GHOIB; malaysia



    angka GHOIB; toto magnum 4D/5D/6D/



    angka GHOIB; laos










































    BalasHapus

KARENA JOKOWI BERSAMA PRABOWO

Presiden Republik Indonesia, adalah CeO dari sebuah ‘perusahaan’ atau ‘lembaga’ yang mengelola 270-an juta jiwa manusia. Salah urus dan sala...