Senin, Februari 09, 2015

Ketika Semua Orang Berbicara


Kita tahu, Negara sedang gonjang-ganjing. Kita juga tahu, masyarakat beragam tanggapan dan pendapatnya. Termasuk mereka yang mencoba bersikap a-politis, sebagai pernyataan politiknya.
Kita tidak berada di ruang hampa, berinteraksi atau tidak. Sebuah keniscayaan yang tak bisa dihindari, termasuk pro-kontra. Segala bentuk kekisruhan yang terjadi pada tataran pemerintahan (kaum elite, pemimpin, birokrat), pastilah akan berdampak langsung dan tidak pada kehidupan masyarakat. Karena mau tak mau, semua berkorelasi dengan hajat hidup kita.
Pada beberapa Negara yang kualitas demokrasinya masih berada dalam proses tarik-ulur, apalagi berkait masalah suksesi, kegoncangan-kegoncangan itu tentu mau tak mau akan berkait dengan kehidupan warga negaranya. Itu hal yang tak terhindarkan. Pada posisi itu, proses perubahan juga sangat dipengaruhi tingkat kepedulian, kualitas dan cara, masyarakat warga dalam merespons.
Kita hidup dalam masyarakat yang terobsesi dengan opini publik. Sementara di sisi lain, seperti dikatakan Marco Rubio, leadership has never been about popularity. Kepemimpinan (yang baik) tidak pernah tentang popularitas. Dan di situ persoalannya. Karena kepemimpinan akan berbenturan langsung dengan berbagai kepentingan yang berkelindan di sekitarnya.
Pada masyarakat yang sistem dan mekanisme demokrasinya relatif mapan, akan terasa lebih tenang, dan seolah terjadi pembagian otomatis, mana urusan elite dan urusan masyarakat warga. Sehingga dengan demikian kehidupan berlangsung smooth. Jika pun terjadi permasalahan, sistem dan mekanisme telah tersedia, berjalan pada jalurnya, sehingga situasi tak hiruk-pikuk, apalagi chaos.
Kita tidak tahu mana lebih tepat antara pendapat Lippset dengan Huntington, tentang sistem demokrasi. Indonesia mempunyai sejarah peradabannya sendiri yang harus menjadi pertimbangan. Indonesia tumbuh dari heterogenitas bangsanya yang kompleks (dan ambisius). Unifikasi yang terjadi pada masyarakat Eropa sekarang ini, adalah proses menarik sebagai perbandingan bagi peradaban Nusantara ini.
Pada kenyataannya, setelah 1957, Indonesia mengalami satu situasi yang dinilai anti-demokrasi. Hingga paska 1998 sampai kini, tak ada perubahan prinsipal dalam sistem politik nasional. Oligarki partai, belum juga melihat kedaulatan rakyat, karena pandangan yang utopis dan elitis.
Lantas, bagaimana kita masyarakat awam menanggapi semua ini? Tidak semua hal yang penting dapat dihitung dan tidak semua hal yang dapat dihitung penting, demikian kata Albert Einstein. Belajar melihat dan menilai secara proporsional, juga merupakan persoalan bagi masyarakat kita. Dan ini kenyataan yang tumbuh tidak dengan sendirinya. Pada satu sisi, elite masih memposisikan diri sebagai patron dengan klien yang belum matang. Pada masyarakat warga, juga tumbuh kesadaran baru, dengan daya kritisnya masing-masing.
Tentu saja yang lebih mencapekkan, kini semua orang bisa berbicara, karena berbagai kemudahan teknologi komunikasi dan informasi. Semua berbicara dengan suara masing-masing, dan sama sekali tak hendak berhenti, apalagi untuk mendengarkan.
Dan celakanya, apa yang dibicarakan masihlah berkait dengan Jokowi dengan Prabowo, dengan segala implikasinya. Sesuatu yang mestinya telah selesai untuk berpindah ke tahap berikutnya, mengkritisi jalannya kekuasaan, agar rakyat mendapat manfaat dari yang disebut-sebut demokrasi.
Tidak ada dialog di sana, karena yang terjadi hanya monolog-monolog penuh kebanggaan, penuh pemujaan, bercampur penuh kebencian dan kemarahan, dan masing-masing merasa benar. Hingga mereka out-focus, sampai pada klaim-klaim klasik jaman Orde Baru, mendaku kebenaran mutlak pada dirinya dan kesalahan mutlak pada lain pihak. Jika perlu, menyeret-nyeret agama dan kitab suci sembari menjajarkan diri sama atau bahkan lebih tinggi daripada Tuhan.
Semua itu akan sangat tergantung kedewasaan kita menyikapi. Toh kita tidak akan mengorbankan seluruh hidup kita untuk hal-hal yang tidak dimengerti. Kecuali kita memang memilih bersikap reaktif, dan bukan responsif, dua hal yang untuk membedakan pun kita belum tentu bisa.
Ketika semua orang berbicara, tergantung apakah kita mau mendengarkan atau tidak. Mau mengerti atau tidak. Atau sekedar memakluminya sambil ngelus dada. Untuk kemudian meresponsnya, atau membiarkannya, menjadi hal produktif atau sia-sia.

1 komentar:

  1. saya PAK SLEMET posisi sekarang di malaysia
    bekerja sebagai BURU BANGUNAN gaji tidak seberapa
    setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
    sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
    sempat saya putus asah dan secara kebetulan
    saya buka FB ada seseorng berkomentar
    tentang AKI NAWE katanya perna di bantu
    melalui jalan togel saya coba2 menghubungi
    karna di malaysia ada pemasangan
    jadi saya memberanikan diri karna sudah bingun
    saya minta angka sama AKI NAWE
    angka yang di berikan 6D TOTO tembus 100%
    terima kasih banyak AKI
    kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
    rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha
    bagi penggemar togel ingin merasakan kemenangan
    terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
    jangan putus asah HUBUNGI AKI NAWE 085-218-379-259
    tak ada salahnya anda coba
    karna prediksi AKI tidak perna meleset
    saya jamin AKI NAWE tidak akan mengecewakan











    saya PAK SLEMET posisi sekarang di malaysia
    bekerja sebagai BURU BANGUNAN gaji tidak seberapa
    setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
    sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
    sempat saya putus asah dan secara kebetulan
    saya buka FB ada seseorng berkomentar
    tentang AKI NAWE katanya perna di bantu
    melalui jalan togel saya coba2 menghubungi
    karna di malaysia ada pemasangan
    jadi saya memberanikan diri karna sudah bingun
    saya minta angka sama AKI NAWE
    angka yang di berikan 6D TOTO tembus 100%
    terima kasih banyak AKI
    kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
    rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha
    bagi penggemar togel ingin merasakan kemenangan
    terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
    jangan putus asah HUBUNGI AKI NAWE 085-218-379-259
    tak ada salahnya anda coba
    karna prediksi AKI tidak perna meleset
    saya jamin AKI NAWE tidak akan mengecewakan

    BalasHapus

KARENA JOKOWI BERSAMA PRABOWO

Presiden Republik Indonesia, adalah CeO dari sebuah ‘perusahaan’ atau ‘lembaga’ yang mengelola 270-an juta jiwa manusia. Salah urus dan sala...